Oleh . Inar Suminarsih, S.Pd.,M.Pd (Pengawas Kabupaten Garut)
Pendahuluan
Rapor Pendidikan merupakan salah satu instrumen penting dalam menilai mutu penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Melalui rapor ini, sekolah dapat memetakan capaian pembelajaran, kualitas pembelajaran, serta iklim satuan pendidikan secara komprehensif. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tidak sedikit sekolah yang mengalami penurunan skor pada Rapor Pendidikan. Fenomena ini menjadi sinyal penting bahwa perlu ada refleksi mendalam untuk menelusuri akar masalah dan mencari solusi strategis.
1. Pemahaman yang Kurang dan belum menyeluruh terhadap Data Rapor Pendidikan
Salah satu penyebab utama menurunnya Rapor Pendidikan adalah kurangnya pemahaman warga sekolah terhadap makna dan fungsi data rapor itu sendiri. Banyak sekolah belum menggunakan rapor pendidikan sebagai dasar dalam merancang program perbaikan mutu. Data seringkali hanya dipandang sebagai angka atau formalitas administrasi, bukan sebagai alat refleksi dan pengambilan keputusan berbasis bukti (evidence-based decision making).
2. Implementasi Pembelajaran yang Belum Mendalam
Kualitas pembelajaran di kelas masih sering berorientasi pada pencapaian target kurikulum secara kuantitatif, bukan pada pemahaman konsep dan pengembangan kompetensi berpikir tingkat tinggi. Pendekatan pembelajaran yang belum menerapkan prinsip pembelajaran mendalam (deep learning) membuat siswa belum terbiasa berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Akibatnya, capaian literasi dan numerasi yang menjadi indikator utama rapor pendidikan belum optimal.
3. Kurangnya Kolaborasi antar Pemangku Kepentingan
Penurunan mutu pendidikan juga sering terjadi karena lemahnya sinergi antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan orang tua. Program peningkatan mutu sering berjalan parsial dan tidak terintegrasi. Padahal, peningkatan mutu sekolah memerlukan kolaborasi yang kuat dan komitmen bersama untuk mewujudkan visi pendidikan yang bermakna bagi peserta didik.
4. Kepemimpinan Pembelajaran yang Belum Optimal
Peran kepala sekolah sebagai leader of learning sangat menentukan arah dan kualitas pembelajaran di sekolah. Ketika kepemimpinan tidak berfokus pada pembelajaran, guru akan kehilangan arah dan motivasi. Kepala sekolah yang belum mampu membangun budaya refleksi, inovasi, dan kolaborasi akan berdampak pada stagnasi mutu pembelajaran dan menurunnya skor rapor pendidikan.
5. Minimnya Budaya Refleksi dan Evaluasi Berkelanjutan
Banyak satuan pendidikan belum memiliki budaya refleksi yang kuat. Evaluasi sering dilakukan hanya pada akhir tahun, tanpa tindak lanjut konkret. Padahal, refleksi yang dilakukan secara rutin dan berbasis data dapat membantu guru dan kepala sekolah menemukan kesenjangan pembelajaran lebih dini, sekaligus mencari solusi inovatif secara kolaboratif.
6. Faktor Eksternal: Dukungan dan Sumber Daya
Selain faktor internal, penurunan rapor pendidikan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti keterbatasan sarana prasarana, kurangnya dukungan pemerintah daerah, serta rendahnya partisipasi masyarakat. Sekolah yang minim sumber daya sering kesulitan menjalankan program peningkatan mutu secara konsisten dan berkelanjutan.
Upaya Strategis Mengatasi Penurunan Rapor Pendidikan
Untuk mengembalikan dan meningkatkan mutu rapor pendidikan, sekolah perlu melakukan langkah-langkah strategis berikut:
- Menggunakan data rapor pendidikan sebagai dasar perencanaan berbasis data (data-driven planning).
- Meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan berkelanjutan dengan fokus pada pembelajaran berdiferensiasi, asesmen formatif, dan pembelajaran mendalam.
- Mendorong kepemimpinan pembelajaran yang visioner serta membangun budaya reflektif di sekolah.
- Menguatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan, baik internal (guru, kepala sekolah, siswa) maupun eksternal (orang tua, masyarakat, dinas pendidikan).
- Melakukan pemantauan dan evaluasi rutin terhadap setiap program peningkatan mutu, dengan tindak lanjut yang jelas dan terukur.
- Penguatan budaya mutu sekolah
- Kemtraan aktif dengan masyarakat dan orang tua.
Penutup
Menurunnya Rapor Pendidikan bukan semata-mata kegagalan sekolah, melainkan cerminan bahwa sistem dan praktik pembelajaran masih perlu perbaikan berkelanjutan. Sekolah yang unggul bukanlah sekolah yang tidak pernah menurun nilainya, tetapi sekolah yang mampu merefleksikan setiap hasil, belajar dari data, dan berinovasi untuk terus tumbuh. Dengan kolaborasi, komitmen, dan kepemimpinan yang kuat, satuan pendidikan dapat bangkit dan kembali menjadi sekolah unggul yang berkarakter serta berdaya saing. Selain itu dengan memahami akar masalah secara komprehensif dan membangun system secara adaptif, diharapkan rapor Pendidikan tidak hanya menjadi alat ukur , tetapi juga peta jalan menuju pendidikan yang lebih bermutu dan berkeadilan. (*)





































