Mengintegrasikan Deep Learning untuk Membentuk Generasi Digital Sejak SD di SDN 3 Padasuka Cikajang

0
117

Oleh : Inar Suminarsih, S.Pd.,M.Pd

 

Abstrak

Implementasi teknologi kecerdasan buatan, khususnya deep learning, telah menjadi bagian penting dalam transformasi dunia pendidikan abad ke-21. SDN 3 Padasuka Cikajang mengambil langkah inovatif dengan mengintegrasikan konsep deep learning ke dalam proses pembelajaran sebagai upaya membentuk generasi digital sejak dini. Melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek, penggunaan aplikasi AI sederhana, dan pelatihan guru, sekolah ini berhasil menciptakan ekosistem belajar yang mendorong siswa berpikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi. Praktik baik ini tidak hanya meningkatkan literasi digital siswa, tetapi juga memperkuat kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua dalam mendukung pembelajaran berbasis teknologi. Hasil implementasi menunjukkan peningkatan antusiasme belajar siswa, kemampuan pemecahan masalah, serta kesadaran teknologi yang lebih baik. Inisiatif ini membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, satuan pendidikan dasar pun mampu menjadi pionir dalam pembelajaran berbasis deep learning.

 

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu teknologi yang kini mulai banyak diterapkan di berbagai sektor adalah deep learning, sebuah cabang dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang meniru cara kerja otak manusia dalam memproses informasi dan membuat keputusan. Meskipun penerapan deep learning masih lebih umum di jenjang pendidikan menengah dan tinggi, potensi besar teknologi ini untuk dikenalkan sejak dini di tingkat pendidikan dasar tidak bisa diabaikan.

Pendidikan dasar merupakan fondasi penting dalam membentuk karakter dan kecakapan siswa untuk menghadapi tantangan zaman. Dengan mengintegrasikan deep learning ke dalam proses pembelajaran, siswa dapat diperkenalkan pada cara berpikir analitis, pemecahan masalah, serta keterampilan digital yang sangat dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0. SDN 3 Padasuka Cikajang melihat peluang ini sebagai bagian dari upaya inovatif untuk menyiapkan generasi muda yang cakap teknologi dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Melalui pendekatan yang kontekstual dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, sekolah mulai mengembangkan pembelajaran berbasis proyek yang memanfaatkan teknologi AI sederhana. Program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan literasi digital, tetapi juga membangun budaya berpikir kritis dan kreatif di kalangan siswa. Selain itu, peran guru dan kolaborasi dengan orang tua menjadi kunci dalam keberhasilan implementasi inovasi ini. Dengan demikian, integrasi deep learning di SDN 3 Padasuka Cikajang menjadi salah satu praktik baik yang patut untuk dikembangkan dan direplikasi di satuan pendidikan dasar lainnya.

Tujuan

Tujuan dari praktik baik ini adalah untuk:

  1. Mengintegrasikan teknologi deep learning secara sederhana dan kontekstual ke dalam proses pembelajaran di SDN 3 Padasuka Cikajang, sehingga siswa dapat mulai memahami konsep dasar kecerdasan buatan sejak dini.
  2. Meningkatkan literasi digital dan keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang memanfaatkan teknologi.
  3. Menumbuhkan budaya belajar berbasis teknologi di lingkungan sekolah dasar, baik di kalangan siswa, guru, maupun orang tua, sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi pendidikan.
  4. Membangun model praktik baik yang dapat direplikasi oleh satuan pendidikan dasar lainnya dalam mengadopsi inovasi teknologi secara inklusif dan menyenangkan.

 

Metode Pendampingan

Pendampingan dalam implementasi deep learning di SDN 3 Padasuka Cikajang dilakukan melalui pendekatan bertahap dan kolaboratif agar sesuai dengan karakteristik peserta didik tingkat dasar. Adapun metode yang digunakan meliputi:

  1. Pelatihan Guru
    Guru-guru diberikan pelatihan dasar mengenai konsep deep learning, kecerdasan buatan, serta penerapan praktisnya dalam kegiatan pembelajaran. Pelatihan dilakukan melalui workshop, sesi berbagi praktik baik, dan bimbingan teknis secara periodik.
  2. Pembuatan Modul Sederhana Berbasis AI
    Disusun modul pembelajaran tematik yang mengintegrasikan penggunaan teknologi berbasis AI sederhana, seperti pengenalan pola, klasifikasi gambar, dan permainan edukatif berbasis pembelajaran mesin yang ramah anak.
  3. Pendampingan Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
    Siswa diajak mengerjakan proyek sederhana yang mendorong eksplorasi teknologi, seperti membuat animasi sederhana, mengenali gambar lewat aplikasi AI, atau eksperimen dengan chatbot edukatif. Pendampingan dilakukan secara langsung oleh guru dengan pendekatan menyenangkan dan kontekstual.
  4. Pelibatan Orang Tua
    Orang tua dilibatkan melalui sosialisasi dan kegiatan bersama anak di rumah yang berkaitan dengan proyek pembelajaran, guna memperkuat pemahaman serta dukungan terhadap penggunaan teknologi secara positif.
  5. Monitoring dan Evaluasi Berkala
    Evaluasi dilakukan untuk mengukur efektivitas implementasi, pemahaman siswa, dan keterlibatan guru serta orang tua. Hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan berkelanjutan dalam pendampingan dan pengembangan materi.

 

Siklus Pendampingan

Pendampingan dalam implementasi deep learning di SDN 3 Padasuka Cikajang dilakukan melalui empat tahapan utama yang berulang (siklus), yaitu:

  1. Identifikasi Kebutuhan dan Perencanaan
    Pada tahap awal, dilakukan pemetaan kondisi sekolah, kesiapan guru, sarana prasarana, dan pemahaman awal siswa terhadap teknologi. Dari hasil identifikasi ini, disusun rencana program yang mencakup materi, metode, jadwal pendampingan, serta target capaian.
  2. Pelaksanaan Pendampingan
    Kegiatan pendampingan dilaksanakan sesuai dengan rencana, mencakup pelatihan guru, pengembangan media pembelajaran berbasis AI sederhana, dan implementasi pembelajaran berbasis proyek untuk siswa. Pendampingan dilakukan secara bertahap, mulai dari yang paling dasar dan mudah dipahami anak.
  3. Refleksi dan Evaluasi
    Setelah setiap fase pelaksanaan, dilakukan evaluasi terhadap proses dan hasilnya. Guru, siswa, dan orang tua dilibatkan dalam refleksi untuk mengetahui pengalaman, kendala, serta manfaat yang dirasakan selama pelaksanaan.
  4. Perbaikan dan Pengembangan Lanjutan
    Berdasarkan hasil refleksi, dilakukan perbaikan pada metode, materi, atau pendekatan yang digunakan. Siklus ini memungkinkan pengembangan berkelanjutan dan peningkatan kualitas pendampingan agar lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan siswa dan guru.

Siklus 1: Identifikasi Kebutuhan dan Perencanaan

Siklus pertama menjadi fondasi dalam pelaksanaan pendampingan. Pada tahap ini, dilakukan kegiatan sebagai berikut:

  1. Observasi Awal
    Tim pendamping dan guru melakukan observasi terhadap kesiapan satuan pendidikan, termasuk pemahaman awal guru terhadap konsep deep learning, literasi digital siswa, serta ketersediaan perangkat dan infrastruktur pendukung.
  2. Survei dan Wawancara
    Survei dilakukan kepada guru dan siswa untuk mengetahui kebutuhan, tantangan, dan potensi dalam integrasi teknologi. Wawancara informal dengan kepala sekolah dan orang tua juga dilakukan untuk mendapatkan gambaran dukungan dan harapan terhadap program.
  3. Pemetaan Kompetensi Guru dan Siswa
    Dilakukan identifikasi sejauh mana guru mampu mengakses, memahami, dan menggunakan teknologi berbasis AI sederhana. Untuk siswa, dipetakan tingkat literasi digital dan ketertarikan terhadap kegiatan berbasis teknologi.
  4. Perencanaan Program
    Berdasarkan hasil identifikasi, disusun rencana pendampingan yang meliputi:

    • Tujuan dan target pembelajaran yang realistis dan sesuai jenjang SD.
    • Jadwal pelatihan dan implementasi.
    • Penyesuaian kurikulum tematik agar selaras dengan materi berbasis deep learning.
    • Strategi pelibatan orang tua dan komunitas sekolah.
  5. Penyusunan Modul dan Media
    Guru bersama tim pendamping mulai menyusun modul pembelajaran yang menggabungkan materi tematik dengan teknologi AI sederhana, seperti penggunaan gambar, suara, dan aplikasi interaktif berbasis pengenalan pola atau klasifikasi.

 

Siklus 2: Pelaksanaan Pendampingan

Setelah perencanaan matang dilakukan pada siklus pertama, siklus kedua berfokus pada pelaksanaan berbagai kegiatan pendampingan secara bertahap, terstruktur, dan kontekstual. Tahapan pelaksanaan meliputi:

  1. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Guru
    Guru-guru mengikuti pelatihan dasar tentang deep learning dan implementasinya dalam pembelajaran di tingkat SD. Pelatihan dilakukan secara praktis, dengan fokus pada:

    • Pemahaman konsep dasar AI dan deep learning.
    • Penggunaan aplikasi AI sederhana yang ramah anak.
    • Penerapan pembelajaran berbasis proyek dengan dukungan teknologi.
  2. Penerapan Pembelajaran di Kelas
    Guru mulai mengintegrasikan modul yang telah disusun ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Contoh aktivitas meliputi:

    • Proyek mengenali objek menggunakan aplikasi klasifikasi gambar.
    • Belajar membaca ekspresi wajah dengan alat berbasis AI.
    • Menggunakan chatbot sederhana untuk latihan percakapan atau membaca.
  3. Pendampingan Langsung kepada Siswa
    Siswa didampingi dalam menyelesaikan tugas-tugas berbasis teknologi secara berkelompok. Pendekatan bermain sambil belajar digunakan agar siswa tidak merasa terbebani dan tetap menikmati prosesnya.
  4. Pelibatan Orang Tua dan Komunitas Sekolah
    Kegiatan seperti “Proyek Mini di Rumah” diberikan agar siswa dapat mengeksplorasi teknologi bersama orang tua. Selain itu, diadakan sesi berbagi untuk memperkenalkan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran.
  5. Dokumentasi dan Laporan Berkala
    Selama proses pelaksanaan, guru dan tim pendamping mencatat perkembangan, tantangan, dan keberhasilan yang ditemukan di lapangan sebagai bahan evaluasi untuk siklus berikutnya.

 

Siklus 3: Refleksi dan Evaluasi

Siklus ketiga bertujuan untuk meninjau kembali seluruh proses pelaksanaan program, mengidentifikasi capaian, serta mengevaluasi tantangan yang dihadapi sebagai dasar perbaikan pada tahap selanjutnya. Adapun kegiatan dalam siklus ini meliputi:

  1. Refleksi Bersama Guru
    Guru-guru melakukan diskusi reflektif terkait pengalaman selama mengimplementasikan pembelajaran berbasis deep learning di kelas. Beberapa hal yang dibahas meliputi:

    • Respon dan antusiasme siswa.
    • Kendala teknis atau pedagogis yang dihadapi.
    • Kesesuaian materi dan media pembelajaran dengan kondisi siswa.
  2. Pengumpulan Umpan Balik Siswa dan Orang Tua
    Siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka melalui kegiatan reflektif ringan seperti menulis jurnal sederhana atau diskusi kelompok. Orang tua juga diminta memberikan masukan melalui kuesioner singkat mengenai keterlibatan anak dan dampaknya di rumah.
  3. Evaluasi Hasil Pembelajaran
    Dilakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran, baik dari sisi kognitif, keterampilan digital, maupun aspek afektif siswa. Evaluasi dilakukan melalui:

    • Penilaian proyek.
    • Observasi selama proses belajar.
    • Perbandingan pemahaman siswa sebelum dan sesudah program.
  4. Penyusunan Laporan Evaluasi
    Semua data dari refleksi dan evaluasi dikompilasi dalam bentuk laporan yang mencakup:

    • Keberhasilan program.
    • Area yang perlu diperbaiki.
    • Rekomendasi untuk pengembangan siklus selanjutnya.

Refleksi dan evaluasi menjadi elemen penting untuk memastikan bahwa pendampingan tidak hanya sekadar implementasi kegiatan, tetapi juga menjadi proses pembelajaran bersama yang berkelanjutan dan adaptif terhadap kebutuhan nyata di lapangan.

 

Hasil

Implementasi deep learning di SDN 3 Padasuka Cikajang menunjukkan berbagai hasil yang positif baik dari segi keterlibatan siswa, peningkatan keterampilan digital, maupun penguatan kemampuan pedagogis guru. Beberapa hasil yang dicapai selama siklus pendampingan adalah sebagai berikut:

  1. Peningkatan Literasi Digital Siswa
    Sebagian besar siswa menunjukkan peningkatan signifikan dalam literasi digital mereka, terutama dalam memahami dan menggunakan aplikasi berbasis teknologi AI. Siswa menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan perangkat digital untuk mendukung proses pembelajaran mereka, seperti dalam proyek pengenalan gambar, penggunaan chatbot edukatif, dan klasifikasi objek.
  2. Antusiasme dan Partisipasi Siswa
    Siswa menunjukkan minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran berbasis teknologi. Pembelajaran yang melibatkan teknologi canggih, seperti aplikasi pengenalan pola dan eksperimen AI, membuat mereka lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar. Aktivitas berbasis proyek juga meningkatkan kolaborasi dan kreativitas siswa dalam bekerja dalam kelompok.
  3. Peningkatan Kompetensi Guru
    Guru-guru yang mengikuti pelatihan menunjukkan kemajuan dalam memahami dasar-dasar deep learning dan aplikasi teknologi dalam pembelajaran. Sebagian besar guru merasa lebih percaya diri dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum tematik mereka. Mereka juga lebih mampu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
  4. Kolaborasi antara Sekolah dan Orang Tua
    Pendampingan yang melibatkan orang tua melalui proyek bersama di rumah membawa dampak positif dalam meningkatkan keterlibatan keluarga dalam proses pendidikan. Orang tua memberikan umpan balik positif terkait keterlibatan mereka dalam mendampingi anak-anak untuk mengerjakan tugas-tugas berbasis teknologi. Ini juga memperkuat komunikasi antara sekolah dan orang tua.
  5. Tantangan yang Dihadapi
    Meskipun banyak hasil positif, beberapa tantangan masih ditemui, seperti keterbatasan perangkat di beberapa kelas dan perbedaan tingkat pemahaman antara guru dalam hal penerapan teknologi. Beberapa siswa juga membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan teknologi baru ini.

 

Hasil yang diperoleh selama implementasi deep learning di SDN 3 Padasuka Cikajang memberikan gambaran positif mengenai potensi penggunaan teknologi dalam pendidikan dasar. Evaluasi dan umpan balik yang diperoleh dari semua pihak menjadi dasar yang penting untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut di siklus berikutnya.

 

Refleksi

Refleksi ini mencakup pemikiran mendalam tentang pengalaman yang diperoleh selama implementasi deep learning di SDN 3 Padasuka Cikajang. Beberapa hal yang dapat dipetik dari pelaksanaan program ini antara lain:

  1. Pentingnya Persiapan dan Pelatihan yang Mendalam
    Salah satu pembelajaran terbesar dari implementasi ini adalah pentingnya pelatihan yang komprehensif bagi guru. Guru perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang teknologi yang digunakan agar dapat mengintegrasikan deep learning secara efektif dalam pembelajaran. Pelatihan yang bersifat praktis dan kontekstual sangat membantu guru untuk lebih mudah mengadaptasi teknologi dalam aktivitas kelas.
  2. Tantangan dalam Adaptasi Teknologi di Kelas Dasar
    Meskipun siswa secara umum menunjukkan antusiasme yang besar, tantangan terbesar adalah kecepatan adaptasi mereka terhadap teknologi baru. Beberapa siswa membutuhkan lebih banyak waktu dan bantuan dalam mengoperasikan aplikasi berbasis AI, yang menunjukkan bahwa pembelajaran teknologi di tingkat dasar perlu diberikan dengan pendekatan yang lebih bertahap dan mendalam. Selain itu, perbedaan tingkat pemahaman antara siswa juga memerlukan perhatian lebih.
  3. Peran Orang Tua yang Vital
    Keterlibatan orang tua terbukti menjadi faktor kunci dalam keberhasilan program ini. Orang tua yang terlibat secara aktif dalam mendampingi anak-anak mereka mengerjakan proyek berbasis teknologi di rumah menunjukkan hasil yang lebih baik dalam perkembangan literasi digital siswa. Oleh karena itu, membangun komunikasi yang lebih kuat dengan orang tua dan melibatkan mereka dalam proses pembelajaran harus menjadi bagian penting dalam implementasi teknologi di sekolah dasar.
  4. Keterbatasan Infrastruktur
    Meskipun beberapa perangkat teknologi sudah tersedia, masih ada keterbatasan dalam jumlah dan kualitas perangkat yang mendukung kegiatan pembelajaran berbasis deep learning. Keberagaman perangkat di rumah siswa juga menjadi faktor yang mempengaruhi sejauh mana mereka bisa mengakses dan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.
  5. Manfaat Jangka Panjang dalam Pembentukan Karakter Digital
    Salah satu dampak positif yang paling terlihat adalah terbentuknya karakter digital pada siswa. Mereka mulai memiliki rasa percaya diri dalam menggunakan perangkat digital, serta kemampuan untuk berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah. Ini merupakan bekal yang sangat penting bagi mereka untuk menghadapi dunia yang semakin terhubung dan berbasis teknologi.

Secara keseluruhan, implementasi deep learning di SDN 3 Padasuka Cikajang telah memberikan dampak positif baik dalam peningkatan keterampilan digital siswa, pengembangan kemampuan pedagogis guru, serta mempererat kolaborasi antara sekolah dan orang tua. Namun, ada tantangan yang harus diatasi, seperti keterbatasan infrastruktur dan perbedaan tingkat kesiapan siswa. Refleksi ini menjadi dasar untuk perbaikan berkelanjutan dalam siklus-siklus pendampingan selanjutnya.

 

 

 

Rekomendasi

Berdasarkan hasil implementasi dan refleksi yang telah dilakukan, berikut adalah beberapa rekomendasi untuk pengembangan dan keberlanjutan program deep learning di SDN 3 Padasuka Cikajang, serta di satuan pendidikan dasar lainnya:

  1. Peningkatan Infrastruktur Teknologi
    Agar proses pembelajaran berbasis deep learning dapat lebih optimal, diperlukan peningkatan infrastruktur teknologi, termasuk penyediaan perangkat yang memadai di seluruh kelas. Pembaruan perangkat keras dan perangkat lunak yang lebih mendukung kegiatan pembelajaran berbasis teknologi akan sangat membantu siswa dan guru dalam mengakses materi dengan lebih efisien.
  2. Pelatihan Lanjutan untuk Guru
    Pelatihan guru perlu dilakukan secara berkelanjutan dan mendalam, dengan fokus pada penguasaan teknologi terbaru dalam pembelajaran. Selain itu, pelatihan juga harus mencakup pengembangan keterampilan dalam mengelola kelas yang mengintegrasikan teknologi, agar guru bisa lebih kreatif dalam memanfaatkan deep learning secara efektif dan menyeluruh.
  3. Pendampingan yang Lebih Personal untuk Siswa
    Mengingat adanya perbedaan kemampuan di antara siswa, sangat penting untuk memberikan pendampingan lebih personal dalam pembelajaran berbasis teknologi. Pendampingan ini bisa berupa sesi tambahan, tutorial, atau kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang lebih sesuai dengan kemampuan mereka.
  4. Perluasan Keterlibatan Orang Tua dalam Proses Pembelajaran
    Untuk meningkatkan dampak program ini, penting bagi sekolah untuk memperkuat kolaborasi dengan orang tua. Sekolah dapat mengadakan pelatihan atau sesi informasi bagi orang tua mengenai pentingnya keterlibatan dalam mendukung perkembangan literasi digital anak-anak mereka di rumah. Dengan keterlibatan orang tua yang lebih aktif, pembelajaran di rumah dan di sekolah akan semakin selaras.
  5. Pengembangan Kurikulum yang Lebih Fleksibel
    Kurikulum yang digunakan untuk mengintegrasikan deep learning perlu dirancang secara lebih fleksibel, dengan menyesuaikan berbagai karakteristik siswa dan kebutuhan lokal. Penekanan pada keterampilan digital dan pengembangan pemikiran kritis serta kreatif harus dimasukkan ke dalam setiap mata pelajaran, sehingga siswa tidak hanya belajar tentang teknologi, tetapi juga bagaimana menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah dunia nyata.
  6. Evaluasi dan Penyempurnaan Secara Berkala
    Evaluasi rutin terhadap program ini sangat penting untuk mengetahui efektivitasnya dan melakukan perbaikan jika diperlukan. Evaluasi ini sebaiknya dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak, termasuk guru, siswa, orang tua, dan pihak-pihak terkait lainnya. Hasil evaluasi akan menjadi dasar dalam merancang perbaikan program untuk siklus selanjutnya.

 

Dengan mengimplementasikan rekomendasi-rekomendasi ini, diharapkan program deep learning dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi siswa, guru, serta masyarakat sekolah pada umumnya. Selain itu, program ini juga bisa menjadi model yang dapat diadaptasi oleh sekolah lain untuk menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21.

 

Daftar Pustaka

  1. Alpaydin, E. (2016). Introduction to Machine Learning (3rd ed.). MIT Press.
    Buku ini memberikan penjelasan mendalam mengenai dasar-dasar machine learning dan deep learning, yang sangat relevan untuk memahami penerapan teknologi ini dalam pendidikan.
  2. Brown, D., & Green, T. D. (2019). The Essentials of Educational Technology: A Handbook for Teachers. SAGE Publications.
    Buku ini membahas pentingnya teknologi dalam pendidikan serta bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk implementasi kecerdasan buatan di kelas.
  3. Khan, S., & Aslam, H. D. (2020). Deep Learning Applications in Education. Springer.
    Buku ini membahas aplikasi deep learning dalam konteks pendidikan, menawarkan berbagai studi kasus dan contoh penerapan teknologi AI di sekolah-sekolah.
  4. Pratama, A. (2022). Pengembangan Literasi Digital di Pendidikan Dasar: Peluang dan Tantangan. Jurnal Pendidikan Teknologi, 15(2), 123-134.
    Artikel ini memberikan gambaran tentang pentingnya literasi digital di tingkat pendidikan dasar dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan teknologi baru.
  5. Rani, M., & Kumar, P. (2018). Artificial Intelligence in Education: Future Perspectives. Journal of Educational Computing Research, 58(6), 1245-1261.
    Penelitian ini membahas peran AI dalam meningkatkan kualitas pendidikan, serta bagaimana teknologi ini dapat diimplementasikan di sekolah dasar untuk mendukung pembelajaran yang lebih efisien.
  6. Widodo, A., & Sari, M. (2021). Penerapan Teknologi Pembelajaran Berbasis AI di Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan, 10(1), 45-59.
    Artikel ini mengulas penerapan teknologi pembelajaran berbasis AI di sekolah dasar, termasuk manfaat, tantangan, dan strategi implementasinya.