Garut, 4 Juli 2025- Kepala SMPN 1 Karangpawitan, Dr. Budi Suhardiman, M.Pd. tidak pernah berhenti untuk terus mengispirasi banyak orang. Terutama dalam kaitannya dengan literasi baca tulis. Di setiap sekolah yang dipimpinnya ia selalu mendorong agar semua warga sekolah rajin membaca dan menulis. Menurutnya membaca dan menulis merupakan iterasi dasar yang berdampak signifikan pada literasi-litrasi lainnya. “Jenis literasi lainnya, seperti literasi kewarganegaraan, finasial, kebudayaan, dll akan meningkat apabila diawali terlebih dahulu dengan kegiatan baca tulis.” Imbuhnya.
Menurut Budi di manapun bertugas, di situ literasi harus terus digagas. Demikian pula di SMPN 1 Karangpawitan yang baru lima bulan dipimpinnya, ia terus bergerak membangun agar semua warga sekolah tersebut literat. Budi memperkenalkan model Caladi dalam membangun SMPN 1 Karangpawitan agar menjadi sekolah literat.
Caladi merupakan kependekan dari contohkan, ajak, lakukan, dorong, dan internalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Contohkan, Budi selalu memberikan contoh betapa pentingnya membaca dan menulis. Ia contohkan dengan menulis beragam judul buku. Ia juga memiliki minat baca yang tinggi. Ia tunjukkan kepada semua warga sekolah berbagai hasil karya tulisnya. Tidak hanya menyuruh tetapi mencontohkannya.
Ajak, Budi selalu mengajak warga sekolahnya agar senantiasa gemar membaca dan menulis. Semua warga sekolah diberi pencerahan manfaat membaca dan menulis. Merasa tidak puas dengan ajakan langsung, ia juga membuat berbagai foster, banner, spanduk yang isinya ajakan kepada semua warga sekolah supaya memnaca dan menulis.
Lakukan, setelah diajak kemudian semua warga sekolah diminta untuk melakukan. Warga sekolah diminta untuk mencoba membaca dan menulis. Hasilnya berupa tulisan guru dan siswa yang dimuat pada majalah sekolah, Berkarsa (Berita Karangpawitan Satu). Ada juga tulisan guru dan siswa berupa buku.
Dorong, Budi selalu mendorong semua warga sekolah agar membaca dan menulis. Didorong terus sehingga semua warga sekolah berani menulis menuangkan gagasannya.
Internalisasikan, hasil dari kegiatan literasi baca tulis diharpakan dapat diinternalisasikan dalam kehidpan sehari-hari. Siswa dan guru semakin disiplin, semakin paham tentang hak dan kewajibannya, dan semakin luas wawasan dan pengetahuannya.
Model Caladi sebagai upaya untuk membangun sekolah literat di SMPN 1 Karangpawitan telah menghasilkan produk, antara lain buku karya kepala sekolah, guru, siswa dan majalah berkarsa sebagai tempat untuk menampung berbagai tulisan hasil karya warga sekolah.
“Saya yakin apabila SMPN 1 Karangpawitan menjadi sekolah literat, dengan model caladi yang saya terapkan, lulusannya akan semakin cerdas dan bermatabat.” Terangnya.
Budi juga berharap agar kegiatan membangun sekolah literat ini mendapat dukungan dari semua pihak. (RN**)