Oleh: Dr. Fenti Inayanti, M.Pd.
“Learning is not the product of teaching. Learning is the product of the activity of learners.”
– John Holt
- Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan modern, kualitas pembelajaran tidak lagi hanya diukur dari banyaknya informasi yang disampaikan oleh pengajar kepada peserta didik. Sebaliknya, yang menjadi sorotan utama adalah bagaimana peserta didik dapat memahami, mengolah, dan menerapkan pengetahuan tersebut dalam berbagai konteks kehidupan. Inilah yang menjadi esensi dari deep learning atau pembelajaran mendalam.
Deep learning dalam konteks pendidikan bukanlah tentang kecerdasan buatan (AI), melainkan pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan bermakna. Ini adalah upaya sistematis untuk menanamkan pengetahuan jangka panjang yang relevan dengan kehidupan nyata, bukan sekadar menghafal untuk ujian.
- Definisi dan Karakteristik Deep Learning
Konsep deep learning pertama kali diperkenalkan oleh Marton dan Säljö (1976) melalui studinya tentang dua pendekatan belajar, yaitu surface learning dan deep learning.
- Surface learning: peserta didik hanya menghafal informasi tanpa memahami maknanya secara mendalam.
- Deep learning: peserta didik memahami inti dari materi, mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya, dan mengaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Menurut Biggs & Tang (2011), pembelajaran yang bersifat mendalam memiliki beberapa karakteristik:
- Relasional: Menghubungkan ide-ide baru dengan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
- Integratif: Mampu melihat hubungan antar-konsep atau antar-topik.
- Reflektif: Melibatkan proses berpikir kritis terhadap pengalaman belajar.
- Motivasi intrinsik: Belajar karena rasa ingin tahu dan kebutuhan memahami, bukan karena tekanan eksternal.
- Mengapa Deep Learning Penting di Era Sekarang?
📌 a. Tuntutan Abad 21
Di era globalisasi dan revolusi industri 4.0, peserta didik dihadapkan pada dunia yang kompleks, cepat berubah, dan penuh ketidakpastian. Dibutuhkan kompetensi seperti kreativitas, pemecahan masalah, komunikasi, dan kolaborasi, yang tidak bisa diajarkan secara instan atau melalui hafalan.
Deep learning melatih otak siswa untuk berpikir di luar kotak dan tidak hanya menerima informasi mentah. Mereka diajak untuk menafsirkan, menilai, dan memodifikasi informasi tersebut menjadi solusi atau inovasi.
📌 b. Persiapan Kehidupan Nyata
Pembelajaran mendalam bukan hanya soal lulus ujian, tapi bagaimana peserta didik bisa hidup dengan lebih sadar dan bertanggung jawab. Mereka tidak hanya tahu “apa”, tapi juga “mengapa” dan “bagaimana”. Misalnya, dalam mempelajari sains, siswa tidak hanya mengetahui rumus, tapi memahami penerapannya dalam kehidupan: dari perubahan iklim hingga kesehatan publik.
📌 c. Sejalan dengan Nilai Profil Pelajar Pancasila
Kemendikbudristek telah menetapkan Profil Pelajar Pancasila yang menekankan pada kemandirian, berpikir kritis, bernalar, dan beriman. Ini semua adalah elemen yang dapat dikembangkan melalui pendekatan deep learning.
- Strategi Implementasi Deep Learning di Kelas
Agar pembelajaran benar-benar bersifat mendalam, pendidik perlu mengubah paradigma dari teacher-centered menjadi student-centered. Berikut beberapa pendekatan yang terbukti efektif:
✅ a. Problem-Based Learning (PBL)
Siswa dihadapkan pada masalah nyata yang menuntut mereka berpikir kritis, mencari data, menganalisis, dan menawarkan solusi. Proses ini mengaktifkan seluruh kemampuan kognitif dan sosial mereka.
✅ b. Project-Based Learning
Siswa belajar dengan membuat proyek nyata yang memiliki nilai guna. Misalnya, membuat kampanye digital tentang bahaya rokok berdasarkan hasil riset mereka sendiri.
✅ c. Socratic Dialogue
Mengajukan pertanyaan mendalam dan reflektif yang tidak memiliki satu jawaban benar. Teknik ini mendorong siswa menggali lebih dalam serta terbiasa berpikir terbuka.
✅ d. Metakognisi
Guru mendorong siswa untuk menyadari proses berpikir mereka sendiri. Ini bisa melalui jurnal refleksi, diskusi kelompok, atau self-assessment.
✅ e. Integrasi Teknologi Cerdas
Penggunaan aplikasi seperti Padlet, Google Classroom, atau simulasi VR/AR bisa meningkatkan eksplorasi mendalam, terutama jika dibarengi dengan pembimbingan yang tepat.
- Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Deep Learning
❗ Tantangan:
- Budaya belajar instan dan fokus pada nilai.
- Kurikulum yang masih terlalu padat dan tidak fleksibel.
- Kurangnya pelatihan guru dalam strategi pengajaran reflektif dan mendalam.
💡 Solusi:
- Mendesain ulang kurikulum berbasis kompetensi dan konteks.
- Menyediakan pelatihan intensif bagi guru dalam pedagogi inovatif.
- Memberikan waktu belajar yang cukup dan tidak hanya mengejar target konten.
- Studi Kasus: Transformasi Pembelajaran di Finlandia
Finlandia sering dianggap sebagai contoh ideal sistem pendidikan berbasis deep learning. Di sana, siswa diberi kebebasan memilih topik, guru berperan sebagai fasilitator, dan evaluasi bersifat formatif. Hasilnya, siswa Finlandia menjadi pembelajar mandiri, kreatif, dan memiliki ketahanan mental yang kuat. Sistem ini sangat berbeda dengan pendidikan yang terlalu menekankan pada ujian dan hafalan.
- Kesimpulan dan Rekomendasi
Deep learning bukan hanya strategi, tapi sebuah filosofi pendidikan. Ini adalah bentuk pendidikan yang memanusiakan manusia — membuat siswa menjadi pembelajar sejati yang berpikir, merasa, dan bertindak secara sadar dan kritis.
“When learning is deep, learners are not just absorbing information—they’re transforming who they are.”
📌 Rekomendasi:
- Pendidikan tinggi perlu menanamkan budaya belajar reflektif sejak dini.
- Guru dan dosen didorong untuk menjadi learning designers, bukan sekadar penyampai konten.
- Evaluasi pendidikan harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan reflektif, bukan hanya penilaian angka.
📚 Referensi
- Marton, F. & Säljö, R. (1976). On qualitative differences in learning. British Journal of Educational Psychology, 46(1), 4–11.
- Biggs, J. & Tang, C. (2011). Teaching for Quality Learning at University. McGraw-Hill Education.
- Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2018). Deep Learning: Engage the World Change the World. Corwin.
- OECD. (2018). The Future of Education and Skills 2030.
- Kemendikbudristek. (2022). Profil Pelajar Pancasila.
- Bransford, J. D. et al. (2000). How People Learn. National Academy Press.
- Brookfield, S. D. (2017). Becoming a Critically Reflective Teacher. Jossey-Bass.
- Mezirow, J. (1997). Transformative learning: Theory to practice. New Directions for Adult and Continuing Education, 1997(74), 5–12.