Bandung, 23 Desember 2024 – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Ade Manadin, S.Pd., M.Pd., resmi meraih gelar Doktor setelah berhasil menjalani Ujian Sidang Promosi Doktor Program Studi Administrasi Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Dalam sidang yang digelar di UPI, Ade Manadin mempresentasikan disertasinya yang berjudul “Kepemimpinan Digital Berbasis Nilai untuk Sekolah Unggul.” Disertasi ini menawarkan inovasi kepemimpinan yang relevan di era digital untuk mewujudkan sekolah unggul berbasis nilai-nilai pendidikan.
Sidang promosi doktor ini dipimpin oleh tim promotor yang terdiri dari:
- Promotor: Prof. Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd
- Co-Promotor: Dr. Cepi Triana, M.Pd
- Anggota Promotor: Dr. Eka Prihatin, M.Pd
Dalam proses pengujian, Ade diuji oleh tim penguji yang terdiri dari:
- Penguji Eksternal: Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd (Guru Besar Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Padang)
- Penguji Internal: Dr. Asep Suryana, M.Pd (Dosen Prodi Administrasi Pendidikan UPI)
Ade Manadin menunjukkan pemahaman yang mendalam terhadap materi disertasinya serta kontribusi yang signifikan dalam bidang kepemimpinan pendidikan. Disertasinya mendapatkan apresiasi dari para penguji karena memberikan perspektif baru terkait digitalisasi dalam kepemimpinan sekolah.
Dalam sambutannya, Ade Manadin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada keluarga, promotor, serta seluruh pihak yang telah mendukung selama proses studinya. “Gelar ini bukan akhir dari perjalanan, tetapi awal untuk terus berkontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya di Kabupaten Garut,” ujarnya.
Prof. Rusdinal Ajukan 7 Pertanyaan Kritis, Ade Manadin Jawab dengan Tegas dan Komprehensif
Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd., Guru Besar Administrasi Pendidikan dari Universitas Negeri Padang yang bertindak sebagai penguji eksternal, mengajukan tujuh pertanyaan kritis terkait disertasi “Kepemimpinan Digital Berbasis Nilai untuk Sekolah Unggul” karya Ade Manadin, S.Pd., M.Pd.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup berbagai aspek, mulai dari konsep dasar kepemimpinan digital, implementasi berbasis nilai di sekolah unggul, hingga tantangan dan peluang penerapan model tersebut dalam konteks pendidikan di Indonesia. Prof. Rusdinal juga meminta pendalaman pada dampak kepemimpinan digital terhadap kualitas pendidikan di daerah.
Ade Manadin menjawab setiap pertanyaan dengan tegas dan komprehensif, menunjukkan pemahaman yang mendalam terhadap materi disertasinya. Jawabannya tidak hanya mencakup teori, tetapi juga memberikan contoh aplikatif yang relevan dengan situasi nyata di sekolah-sekolah.
“Jawaban yang disampaikan sangat terstruktur, menunjukkan kedalaman analisis dan kesiapan kandidat sebagai seorang doktor yang kompeten di bidang administrasi pendidikan,” ujar Prof. Rusdinal usai sesi tanya-jawab.
Pujian tersebut tidak hanya menjadi validasi atas kerja keras Ade Manadin selama menyusun disertasinya, tetapi juga menegaskan kontribusinya terhadap pengembangan model kepemimpinan pendidikan berbasis digital yang sangat dibutuhkan di era modern.
Dr. Asep Suryana Uji Konektivitas Kebijakan Digital dengan Implementasi Lapangan
Salah satu momen penting dalam Ujian Sidang Promosi Doktor Ade Manadin, S.Pd., M.Pd., adalah saat Dr. Asep Suryana, M.Pd., dosen Program Studi Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, mengajukan pertanyaan mendalam terkait konektivitas antara kebijakan digital dengan implementasinya di lapangan.
Dr. Asep menyoroti tantangan yang kerap muncul dalam proses penerapan kebijakan digital di dunia pendidikan, terutama dalam konteks sumber daya manusia, infrastruktur, dan budaya kerja. Beliau meminta Ade untuk menjelaskan bagaimana model kepemimpinan digital berbasis nilai yang diusung dalam disertasi dapat menjembatani kebijakan tersebut dengan kenyataan yang dihadapi sekolah-sekolah di daerah.
Dalam jawabannya, Ade Manadin menjelaskan dengan rinci bahwa kepemimpinan digital berbasis nilai yang ia gagas tidak hanya berfokus pada aspek teknologi, tetapi juga pada pendekatan humanistik yang menempatkan nilai-nilai pendidikan sebagai landasan utama. Ia menegaskan bahwa kebijakan digital harus diintegrasikan secara bertahap melalui pelatihan guru, peningkatan infrastruktur, dan komunikasi yang efektif antara pemimpin sekolah dan pemangku kepentingan.
“Keberhasilan implementasi kebijakan digital di lapangan sangat bergantung pada kemampuan pemimpin untuk menjadi fasilitator dan pembimbing, sehingga setiap anggota komunitas pendidikan merasa terlibat dan memiliki tujuan yang sama,” jelas Ade.
Dr. Asep memberikan apresiasi atas jawaban tersebut, menyebutnya sebagai solusi yang realistis dan aplikatif, terutama bagi sekolah-sekolah di wilayah yang memiliki keterbatasan. “Pendekatan berbasis nilai ini dapat menjadi kunci keberhasilan transformasi digital yang tidak hanya teknologi-sentris, tetapi juga manusiawi dan berkelanjutan,” ujar Dr. Asep.
Dr. Eka Prihatin Uji Potensi Generalisasi Disertasi Ade Manadin ke Daerah Lain
Dr. Eka Prihatin, M.Pd., salah satu anggota tim promotor, mengajukan pertanyaan mendalam terkait relevansi dan fleksibilitas disertasi yang berjudul “Kepemimpinan Digital Berbasis Nilai untuk Sekolah Unggul.”
Dr. Eka mempertanyakan apakah model kepemimpinan digital berbasis nilai yang digagas oleh Ade dapat diterapkan di daerah lain di luar Kabupaten Garut, mengingat setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi budaya, infrastruktur, maupun kebijakan pendidikan.
Dalam jawabannya, Ade Manadin menjelaskan bahwa model yang ia susun bersifat fleksibel dan dapat diadaptasi sesuai dengan kebutuhan serta kondisi setiap daerah. Ia menekankan bahwa prinsip berbasis nilai dalam kepemimpinan digital adalah pendekatan universal yang dapat disesuaikan dengan konteks lokal.
“Model ini dirancang untuk memberikan panduan umum, namun penerapannya memerlukan penyesuaian berdasarkan potensi dan tantangan di daerah masing-masing. Di daerah dengan keterbatasan teknologi, misalnya, pendekatan ini dapat dimulai dengan membangun kesadaran dan kesiapan digital terlebih dahulu,” ujar Ade.
Dr. Eka Prihatin memberikan apresiasi atas jawaban tersebut, seraya menekankan pentingnya kemampuan pemimpin pendidikan untuk mengenali kebutuhan lokal agar model kepemimpinan dapat berjalan efektif. “Model ini memiliki potensi besar untuk diterapkan di berbagai daerah, asalkan ada adaptasi dan komitmen dari para pemimpin lokal,” ungkap Dr. Eka.
Dr. Cepi Triana: Kearifan Lokal “Bener, Pintar, Cageur, Bageur, jeung Singer” untuk Membentuk Siswa Unggul
Dr. Cepi Triana, M.Pd., selaku co-promotor, memberikan pertanyaan penting tentang integrasi kearifan lokal dalam konsep kepemimpinan digital berbasis nilai. Ade Manadin menekankan bahwa pendidikan harus berorientasi pada pembentukan karakter siswa yang “Bener, Pintar, Cageur, Bageur, jeung Singer”, sebuah filosofi Sunda yang sarat makna.
Berikut penjelasan Ade Manadin dari masing-masing nilai tersebut:
- Bener: Mengacu pada kejujuran dan integritas. Siswa harus diajarkan untuk selalu bersikap benar, sesuai dengan norma dan nilai moral yang berlaku.
- Pintar: Menekankan pentingnya kecerdasan intelektual dan keterampilan berpikir kritis. Siswa tidak hanya belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk menerapkannya dengan bijak.
- Cageur: Berarti sehat secara fisik dan mental. Pendidikan harus mendorong siswa untuk menjaga keseimbangan antara kesehatan tubuh dan pikiran.
- Bageur: Menggambarkan sikap baik hati, ramah, dan peduli terhadap sesama, yang menjadi fondasi hubungan sosial yang harmonis.
- Singer: Bermakna cekatan, inovatif, dan tanggap terhadap perubahan. Siswa harus dilatih untuk menghadapi tantangan dengan kreativitas dan solusi yang cepat.
Ade Manadin menegaskan bahwa kelima nilai ini tidak hanya relevan untuk pendidikan berbasis nilai, tetapi juga menjadi modal penting dalam mengintegrasikan teknologi digital ke dalam dunia pendidikan. “Digitalisasi dalam kepemimpinan pendidikan harus tetap mempertahankan aspek humanis dan lokalitas, agar siswa tidak hanya unggul secara teknologi tetapi juga memiliki karakter yang kuat,”
Tanggapan ini menambah bobot akademik dalam sidang dan memperkuat argumen bahwa pendidikan berbasis nilai lokal adalah kunci dalam menciptakan generasi yang tangguh di era digital.
Prof. Dr. Hj. Aan Komariah: “Bagaimana Mengantisipasi Hilangnya Kearifan Lokal di Masyarakat Sekolah?”
Prof. Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., selaku promotor, mengangkat isu penting tentang mulai memudarnya kearifan lokal di masyarakat sekolah. Beliau mempertanyakan bagaimana kepemimpinan digital berbasis nilai yang diusung dalam disertasi Ade dapat mengantisipasi hilangnya nilai-nilai lokal tersebut dalam praktik pendidikan.
Prof. Aan menyoroti bahwa perkembangan teknologi dan globalisasi sering kali menggerus nilai-nilai tradisional yang telah lama menjadi bagian dari budaya sekolah. “Di tengah transformasi digital, ada kecenderungan masyarakat sekolah lebih berfokus pada teknologi dan mengabaikan aspek nilai-nilai lokal. Bagaimana model yang Anda usulkan dapat mengintegrasikan dan melestarikan kearifan lokal ini?” tanyanya.
Dalam jawabannya, Ade Manadin menjelaskan bahwa kepemimpinan digital berbasis nilai yang ia gagas secara khusus mengutamakan penguatan nilai-nilai lokal sebagai landasan utama. Ia menekankan tiga langkah strategis untuk mengantisipasi hilangnya kearifan lokal:
- Integrasi Kearifan Lokal: Model ini mengusulkan bahwa nilai-nilai seperti Bener, Pintar, Cageur, Bageur, dan Singer harus menjadi bagian dari pembelajaran sehari-hari di sekolah. Ini bisa diwujudkan melalui materi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam mata pelajaran.
- Peningkatan Peran Pemimpin Sekolah: Pemimpin sekolah harus menjadi teladan dalam menghidupkan nilai-nilai lokal, baik melalui program sekolah maupun melalui pola komunikasi yang menanamkan penghargaan terhadap budaya lokal.
- Pemanfaatan Teknologi untuk Pelestarian Nilai: Teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk mendokumentasikan, mempromosikan, dan membagikan kearifan lokal kepada siswa dan komunitas. Misalnya, melalui media digital yang memuat cerita, filosofi, dan praktik tradisional yang relevan dengan kehidupan siswa.
Ade menegaskan bahwa teknologi dan kearifan lokal tidak perlu saling bertentangan. “Digitalisasi harus menjadi alat untuk melestarikan kearifan lokal, bukan menghilangkannya. Pemimpin sekolah berperan penting untuk memastikan keseimbangan ini tercapai,” ungkap Ade.
Prof. Aan memberikan apresiasi terhadap jawaban tersebut dan menambahkan bahwa kesuksesan model ini memerlukan kolaborasi semua pihak, termasuk guru, orang tua, dan masyarakat, agar nilai-nilai lokal tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem pendidikan di era digital.
Ade Manadin Dikukuhkan sebagai Doktor ke-161 Bidang Administrasi Pendidikan dengan IPK 3,94
Ketua Sidang mengumumkan keputusan resmi bahwa Ade Manadin, S.Pd., M.Pd., dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Ia resmi menjadi Doktor ke-161 di Bidang Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,94.
Dalam keputusannya, Ketua Sidang menegaskan bahwa pencapaian ini merupakan bukti dedikasi Ade selama menempuh pendidikan doktoral. Disertasi berjudul “Kepemimpinan Digital Berbasis Nilai untuk Sekolah Unggul” dinilai memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan model kepemimpinan pendidikan di era digital, dengan tetap berakar pada nilai-nilai lokal.
Ade Manadin menyampaikan rasa syukur dan apresiasi kepada seluruh tim penguji dan promotor atas bimbingan dan masukan yang sangat berharga selama proses penyusunan disertasinya. “Gelar ini menjadi tanggung jawab besar bagi saya untuk terus berkontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya di Kabupaten Garut dan Indonesia pada umumnya,” ujar Ade dalam sambutannya.
Dengan pencapaian ini, Dr. Ade Manadin diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin pendidikan di Indonesia untuk terus berinovasi dan mengembangkan pendidikan yang berbasis nilai dan teknologi.
Selamat kepada Dr. Ade Manadin, S.Pd., M.Pd. atas pencapaian yang luar biasa! (*)
Penulis: Dadang Muhammad Kosim, S.Ag., M.Pd (Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Garut)