Antara Genting Malaysia dan Thoif Mekah

0
41

Oleh: Aini Mardiyah

Berada di ketinggian sambil melihat pemandangan di sekitar, melaju menjelajah cakrawala dalam sebuah kereta gantung menjadi pengalaman perjalanan yang berkesan. Saat Trip Tiga Negara (Malaysia-Thailand-Singapura) Oktober 2022 lalu,  dengan bis persiaran rombongan wisatawan melakukan perjalanan ke Genting Highland Malaysia, salah satu destinasi menarik di Malaysia.

Sepanjang jalan disuguhi pemandangan perkotaan yang tertata rapi dan bersih. Pemandu wisata memaparkan sejarah Genting Highland. Perjalanan di atas jalan yang mulus diiringi musik seakan menjadi pengantar tidur. Sebagian besar penumpang tertidur pulas.

Bis melaju melintasi jalan berkelok dan menanjak menuju Genting Highlands. Di kiri dan kanan jalan tampak pepohonan yang hijau rindang.

Saat tiba, sebelum turun bis pemandu wisata menyarankan untuk mengenakan jaket, karena cuaca dingin di luar sana. Bus parkir di terminal bus Awana. Kami menuju Stesen Skyway Awana. Naik kereta gantung. Menjelajahi langit Malaysia dengan Gondola SkyWay  dimulai dari Stasiun Awana di tengah gunung dan berakhir di Stasiun SkyAvenue.

Jika ingin berbelanja bisa menuju Premium Outlets. Ada banyak brand terkenal dan menawarkan diskon hingga 70%. Lokasinya dekat dengan Stasiun Awana di SkyCentral yang menjadi tempat transit bus dan kereta .

Saat rombongan masuk ke dalam kereta gantung ini, tampak seorang fotografer yang memotret. Di dalam kereta gantung setelah mengendalikan debaran jantung, aku menikmati pemandangan berupa hamparan hutan hujan tropis. Berpapasan dengan kereta gantung lainnya, menikmati keindahan seakan lupa berada di ketinggian.

Pengunjung dapat turun di Stasiun Chin Swee untuk menjelajahi gua serta kuilnya, namun saat itu kami memilih untuk langsung menuju pemberhentian akhir. Tampak kuil Chin Swee dari kejauhan. Kuil ini menarik pandang dengan bentuk pagoda sembilan tingkat. Saat di bis pemandu menginformasikan bahwa pendiri kuil Chin Swee ini adalah godfather Genting Highland, yakni Lim Goh Tong. Di sana terdapat patung Buddha raksasa setinggi 15 meter. Selama di kuil ini bisa berkeliling di Sky Terrace yakni pekarangan luas di atas kompleks kuil. Kuil ini menjadi destinasi wisata religi.

Tiba di Stasiun SkyAvenue. Setelah turun beberapa orang menghampiri membawa foto. Rupanya foto saat penumpang masuk kereta bisa dibeli dalam bentuk souvenir cantik atau pigura, harganya cukup lumayan kisaran 25-30 Ringgit Malaysia atau sekitar seratus ribu Rupiah

SkyAvenue salah satu destinasi yang dikunjungi saat berlibur ke Genting Highland. Sebuah mall yang luas. Isinya tak hanya outlet atau butik saja, melainkan ada banyak spot menarik lain. Banyak objek instagramable dan sayang untuk dilewatkan tanpa jepretan kamera.

Setelah puas berkeliling melihat-lihat mal mewah dan berfoto di ketinggian, kami pun kembali meluncur dengan kereta gantung.

Memoriku kembali ke musim haji 2019 lalu. Bersama Jama’ah Haji dari KBIH El Ittihad Garut, kami berziarah ke Thoif, daerah pegunungan di Makkah. Dengan 250 Riyal atau setara satu juta Rupiah, kami menuju beberapa destinasi di Thoif. Daerah pegunungan yang sejuk berbanding terbalik dengan panas menyengatnya Kota Makkah. Mata kita disuguhi  pemandangan kebun-kebun dan tanaman meski tak serindang di Tanah air, serta rerumputan  yang hijau dibandingkan rerumputan di Mekkah.

Bila membaca sejarah Islam bagaimana risalah perjuangan Nabi Muhammad di Thoif membuat pembacanya meneteskan air mata. Thaif sendiri merupakan kota yang pernah didiami Rasulullah. Saat awal-awal dakwah Islam, Rasulullah berjalan kaki dari Makkah ke Thaif. Saat itu Nabi Muhammad mencari tempat perlindungan dengan menemui Kabilah Tsaqif, penguasa Thaif. Namun di sana Rasulullah mendapatkan penolakan dan perlakuan buruk dari Penduduk Thaif. Mereka melempari Rasulullah hingga terluka dan berdarah. Tatkala sampai di suatu tempat bernama Qarnul Manazil, Allah mengutus Malaikat Jibril bersama Malaikat Penjaga Gunung untuk menunggu perintah Nabi menimpakan gunung kepada penduduk Thaif.

Namun, Nabi malah mendoakan penduduk Thaif. Tujuannya, agar mereka kelak menyembah Allah. Dan, saat ini  penduduk Thaif pun telah memeluk Islam.

Beberapa destinasi di Thaif dikunjungi, Kebun Mawar dengan pabrik penyulingan parfum dan menikmati secangkir teh mawar, makan nasi mandhi, dan pasar buah. Tiba di sebuah tempat yang menjual buah-buahan dan sayuran. ada buah delima berukuran besar dan manis, buah plum, anggur, buah tin, dan yang paling menarik untukku adalah buah kaktus. Penjual mengupas buah kaktus dengan terampil, lalu disajikan dalam kemasan, rasanya segar persis buah naga. Di sana ada juga jagung, kalau saja tidak melihat unta tunggang di sebrang kios buah, rasanya seperti sedang berada di pasar di kampung.

Saatnya menuju destinasi andalan berupa kereta gantung (cabel car) di Telefric Al Hada. Menaiki kereta gantung atau cable car yang ada di puncak Thaif. Pengunjung harus membeli tiket Telefric Thaif lebih dulu. Tiket  yang di tahun 2025 ini harganya 100 Riyal per orang atau sekitar empat ratus empat puluh ribu Rupiah per orang.

Petugas meminta masing-masing berkelompok 6 orang untuk masuk dalam satu cable car. Berbeda dengan kereta gantung di Genting yang membawa kita pada ketinggian dengan pemandangan hutan tropis yang lebat, di Thaif kita disuguhi pemandangan dari kereta gantung menyusuri gunung batu dan tebing-tebing curam. Tampak jalanan Thaif yang berkelok-kelok.

Dari ketinggian kita bisa melihat kawanan kera yang berlarian di antara bebatuan di tebing curam. Di sisi lain tampak unta gurun yang sedang merumput. Tampak pula sebuah taman air dengan wahana yang berwarna-warni di kawasan Thaif.

Perjalanan dengan kereta gantung berhenti di puncak Thaif. Pengunjung lalu menuju masjid, mengambil air wudhu. Sejuk dan segarnya air membasahi wajah. Setelah sholat dan berfoto, kembali pengunjung menuju kereta gantung meluncur melintasi liukan jalanan Thoif dan tebing batu. (*)

(Tulisan ini dimuat dalam buku “Traveling Sambil Nulis Buku bersama Gol A Gong, pada tahun 2023)