Juara Inobel ke Belanda dan Berinovasi Takurcabeda

0
2141
Pudin, M.Pd.

KANDAGA. ID – Terinspirasi dari keikutsertaan pada Pendidikan dan Latihan (Diklat) dengan banyaknya inovasi beragam media hasil sendiri. Lulusan sarjana S1 dan S2 Matematika, Pudin, M.Pd., yang mengajar di SD Negeri Cibiuk Kaler III melakukan inovasi untuk memudahkan menyelesaikan persoalan pada anak didiknya yang kurang memahami dalam penyelesaian pelajaran Matematika.
“Tahun 2013, saya mencoba membuat inovasi pembelajaran Matematika dengan menciptakan dari styrofoam, dan Alhamdulillah anak jadi bisa,” ujar Pudin di ruang kepala sekolah yang baru 6 bulan menjadi guru Matematika di SDN 1 Banyuresmi, Jumat (1/2/2019).Pudin mengatakan, ketika itu ada dua lomba yang disodorkan untuk diikutin yaitu, lomba Guru Berprestasi (Gupres) dan lomba Inovasi Pembelajaran (Inobel), pilihan tertarik lebih kepada Inobel, karena sudah berhasil dipraktekkan kepada peserta didiknya.

“Mengawali mengikuti perlombaan Inobel guru Sekolah Dasar (SD) yang diselenggarakan oleh Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut. Saya kembali ingat itu, kemudian di design lagi menggunakan papan, baru dilombakan di tingkat Kabupaten Garut. Dan Alhamdulillah meraih juara Kedua,” kenangnya.

Pudin mengatakan, setelah itu mengikut lomba di tingkat Nasional harus online, dimana hasil inovasinya dituangkan dalam bentuk naskah dikirim ke website kesharlindungdikdas.id, Alhamdulillah berhasil sebagai finalis,” ujarnya.

“Dari Kabupaten Garut yang lolos hanya tiga orang sampai workshop, saya dari SDN Cibiuk Kaler III, Ariana, S.Pd., dari SDN 1 Tarogong Kaler dan Wiwin Nurwaeni, S.Pd dari SDN Sirnajaya IV Tarogong Kaler,” jelasnya.

Selanjutnya, tambah Pudin, ada seleksi lagi pada lomba yang diselenggarakan di Bali selama 5 hari. Dan Alhamdulillah meraih juara ketiga, tingkat nasional kategori guru mata pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) yang digelar 4-8 September 2017 di Hotel Mercure Bali Harvestland Kuta Bali,” ujarnya.

Pudin menjelaskan, penilaian di Inobel itu yang pertama, naskah jangan plagiat artinya jangan menjiplak dari orang lain. Medianya juga hasil dari inovasi sendiri dan bisa bermanfaat pada pembelajaran itu, mudah digunakan, mudah dibuat, dan bermanfaat serta bukan hasil duplikat dari orang lain.

“Bagi juara Inobel kesatu sampai ketiga, biasanya ada panggilan pada tahun 2018 ke Belanda, tapi hanya juara satu sedangkan saya tidak ada, ya sudah saya terima, mungkin keadaan keuangan di Kemendikbud tidak ada,” ujarnya.

Dan sekarang, ujar Pudin, ada program 1000 guru ke luar negeri dari jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang ditangani oleh beberapa bidang yang ada dibawah Kementerian.

“Saya di telephon, dan di tanya, kemudian ada penyeleksian, entah dari mana seleksinya. Dan saya dinyatakan lolos mengikuti pendidikan ke luar negeri,” ujarnya.

Menurutnya, kalau di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) ada test wawancara Bahasa Inggris, jadi arahannya sama itu juga tertutup, artinya hanya orang-orang tertentu yang di P4TK juga telephon, tapi dari beberapa orang itu di seleksi lagi.

“Kalau yang di Kementerian yang di Direktorat orang yang ditelephon itu, kalau dia masih jadi guru semuanya ikut, karena sebagain besarnya adalah kepada reward,” jelas instruktur Nasional PKB ini.

Berkat berhasil meraih juara di tingkat Nasional, selain rasa bersyukur, Pudin pun dipinta oleh Kementerian menjadi pemakalah di tingkat Nasional pada tahun 2017 dan 2018.

“Permasalahan ada di guru, bagaimana cara peningkatan kompetensinya, saya bahas disana. Dan kemarin saya seminarkan inovasi terbaru tentang bagaimana penjumlahan pecahan berbeda penyebut dengan menggunakan tambah kurang pecahan berbeda (Takurcabeda) dengan permainan yang dibuat kotak,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***