Oleh: Dede Sudjadi, M.Pd.
ABSTRAK
Artikel ini mengkaji peran strategis pengawas sekolah dalam mendampingi kepala sekolah untuk menjalankan kepemimpinan pembelajaran secara efektif. Fokus pembahasan diarahkan pada tiga aspek utama, yaitu penjabaran visi-misi satuan pendidikan, pengelolaan kurikulum, serta dukungan terhadap proses refleksi guru. Melalui pendekatan kolaboratif, coaching, dan pendampingan berbasis motivasi, pengawas diharapkan dapat meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Studi dilakukan melalui praktik pendampingan di SMP Plus Nurul Huda Yaspinda dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa resistensi PTK dapat diminimalkan melalui dialog terbuka, penguatan kapasitas, serta apresiasi terhadap upaya perubahan. Artikel ini juga memberikan rekomendasi implementatif bagi pengawas dan kepala sekolah dalam membangun budaya kepemimpinan pembelajaran.
PENDAHULUAN
Kepemimpinan pembelajaran merupakan elemen krusial dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Kepala sekolah yang efektif tidak hanya berperan sebagai manajer administratif, tetapi juga sebagai pemimpin pembelajaran yang menginspirasi guru, mengelola proses pembelajaran, dan menjamin tercapainya visi pendidikan.
Menurut Kemendikbudristek (2022), transformasi pendidikan memerlukan peran kepala sekolah sebagai agen perubahan, yang mampu mengarahkan satuan pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan berpusat pada murid. Dalam hal ini, pengawas sekolah memiliki tanggung jawab strategis sebagai pendamping profesional yang membantu kepala sekolah menjalankan perannya secara optimal.
Sebagai bagian dari tim penilai kinerja, pengawas juga dituntut mampu memadukan fungsi evaluasi dan pembinaan dalam kerangka kepemimpinan transformatif (Bass & Riggio, 2006). Dengan demikian, pendampingan tidak hanya berorientasi pada pemenuhan indikator administratif, tetapi lebih pada penguatan kompetensi dan budaya profesional di sekolah.
PERMASALAHAN
Dalam praktiknya, pengawas sekolah sering menghadapi berbagai tantangan dalam melakukan pendampingan kepemimpinan pembelajaran, antara lain:
- Resistensi dari pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) terhadap perubahan dan program pengembangan.
- Keterbatasan sumber daya, baik dalam bentuk waktu, sarana, maupun dukungan kelembagaan.
- Minimnya monitoring dan evaluasi berkelanjutan yang dapat menjadi dasar refleksi dan pengambilan keputusan.
Permasalahan tersebut menjadi penting untuk dikaji agar pendampingan yang dilakukan tidak hanya bersifat administratif, tetapi berdampak nyata dalam peningkatan mutu pendidikan.
PEMBAHASAN
- Kepemimpinan Pembelajaran dan Peran Kepala Sekolah
Refleksi merupakan bagian integral dari kepemimpinan pembelajaran. Menurut Kepala Sekolah SMP Plus Nurul Huda Yaspinda: ‘Pendampingan dari pengawas membuat kami lebih percaya diri mengambil keputusan strategis. Pengawas mendorong kepala sekolah untuk menyediakan ruang refleksi reguler bagi guru sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Knowles (1980) menekankan pentingnya otonomi dan penghargaan terhadap pengalaman guru dalam proses belajar orang dewasa.
- Peran Pengawas Sekolah sebagai Pendamping dan Tim Penilai
Sebagai pendamping, pengawas sekolah menerapkan prinsip coaching dan mentoring (Costa & Garmston, 2002), memfasilitasi kepala sekolah untuk menjabarkan visi-misi ke dalam strategi nyata. Dalam konteks penilaian kinerja, pengawas juga harus menjaga objektivitas, memberikan umpan balik membangun, dan menyusun rencana pengembangan bersama kepala sekolah.
- Praktik Pendampingan di SMP Plus Nurul Huda Yaspinda
Pendampingan dilakukan melalui tahapan berikut:
- Pendekatan Kolaboratif: Fokus Group Discussion (FGD) dan dialog terbuka dengan kepala sekolah dan guru.
- Peningkatan Kapasitas: Workshop mini terkait pengelolaan kurikulum dan refleksi pembelajaran.
- Pendampingan Berbasis Motivasi: Memberikan apresiasi terhadap perubahan kecil dan menyebarluaskan praktik baik.
Strategi ini terbukti mampu menurunkan resistensi PTK, terbukti terjadi peningkatan partisipasi guru dalam refleksi rutin sebesar 45% dalam tiga bulan.dan membangun kepercayaan untuk bergerak bersama.
- Penguatan Refleksi Guru dan Budaya Belajar Berkelanjutan
Refleksi merupakan bagian integral dari kepemimpinan pembelajaran. Pengawas mendorong kepala sekolah untuk menyediakan ruang refleksi reguler bagi guru sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Knowles (1980) menekankan pentingnya otonomi dan penghargaan terhadap pengalaman guru dalam proses belajar orang dewasa.
PENUTUP
- Simpulan
Pengelolaan kinerja pengawas sekolah melalui pendekatan kepemimpinan pembelajaran dapat memperkuat peran kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan. Pendampingan yang berorientasi pada kolaborasi, refleksi, dan motivasi terbukti efektif dalam mengatasi resistensi PTK dan membangun budaya belajar yang positif.
- Rekomendasi
- Pengawas sekolah perlu memperkuat kapasitas sebagai fasilitator pembelajaran melalui pelatihan coaching dan mentoring.
- Kepala sekolah didorong untuk menjadikan visi-misi sekolah sebagai arah strategis dalam pengelolaan kurikulum dan pembelajaran.
- Refleksi guru perlu difasilitasi secara sistematis sebagai bagian dari budaya profesional di satuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006). Transformational Leadership. Lawrence Erlbaum Associates.
Costa, A. L., & Garmston, R. J. (2002). Cognitive Coaching: A Foundation for Renaissance Schools. Christopher-Gordon Publishers.
Hallinger, P. (2003). Leading Educational Change: Reflections on the Practice of Instructional and Transformational Leadership. Cambridge Journal of Education.
Knowles, M. (1980). The Modern Practice of Adult Education: From Pedagogy to Andragogy. Cambridge Adult Education.
Kemendikbudristek. (2022). Panduan Implementasi Kepemimpinan Pembelajaran. Direktorat Jenderal GTK.