Oleh : Inar Suminarsih, S.Pd.,M.Pd (Pemgawas Sekolah Disdik Kab. Garut)
Abstrak
Praktik baik ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan motivasi mengajar guru melalui pemahaman dan penerapan konsep deep learning di SMPIT MitahulHuda Pamengpeuk. Dalam era pendidikan abad ke-21, guru dituntut tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga menjadi fasilitator yang mampu menumbuhkan pemahaman mendalam, keterampilan berpikir kritis, dan kolaboratif pada peserta didik. Melalui pelatihan internal, diskusi kelompok, dan implementasi teknik deep learning dalam perencanaan pembelajaran, para guru mulai menunjukkan perubahan sikap dan peningkatan semangat dalam menjalankan tugasnya. Hasil praktik menunjukkan bahwa pemahaman terhadap filosofi deep learning—yang menekankan pembelajaran bermakna, reflektif, dan berkelanjutan—memberikan dampak positif terhadap motivasi intrinsik guru. Mereka merasa lebih dihargai sebagai agen perubahan dan lebih percaya diri dalam mengembangkan pembelajaran yang bermakna. Praktik ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain dalam mengembangkan budaya belajar guru yang berorientasi pada pertumbuhan dan inovasi.
Kata kunci: motivasi guru, deep learning, pembelajaran bermakna, pengembangan profesional, SMPIT MitahulHuda Pamengpeuk
Pendahuluan
Dalam menghadapi tantangan pendidikan di era global dan digital saat ini, peran guru sebagai pendidik dan fasilitator pembelajaran menjadi semakin kompleks. Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi ajar, tetapi juga harus mampu membangun proses pembelajaran yang aktif, reflektif, dan bermakna bagi peserta didik. Untuk itu, motivasi mengajar guru menjadi faktor krusial yang memengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas.
Namun, di berbagai institusi pendidikan, termasuk di SMPIT MitahulHuda Pamengpeuk, masih ditemukan guru yang mengalami penurunan semangat dalam mengajar. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kejenuhan, kurangnya inovasi dalam metode pembelajaran, atau minimnya kesempatan pengembangan profesional.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kembali semangat dan motivasi guru dalam mengajar adalah dengan memperkenalkan konsep deep learning dalam konteks pengembangan pembelajaran. Deep learning dalam dunia pendidikan bukan hanya berkaitan dengan teknologi kecerdasan buatan, tetapi juga merujuk pada pendekatan pembelajaran yang mendorong pemahaman mendalam, keterkaitan antar konsep, dan refleksi kritis.
Melalui pemahaman yang lebih baik terhadap konsep deep learning, guru didorong untuk merancang pembelajaran yang lebih kontekstual, menantang, dan bermakna, sehingga tidak hanya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, tetapi juga membangkitkan motivasi intrinsik mereka sebagai pendidik. Praktik baik ini dilaksanakan di lingkungan SMPIT MitahulHuda Pamengpeuk sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembelajaran di sekolah.
Pendekatan ini diharapkan mampu menciptakan transformasi positif dalam cara guru memandang perannya dan menghidupkan kembali semangat mereka dalam mendidik generasi masa depan.
Tujuan
Tujuan dari praktik baik ini adalah untuk:
- Meningkatkan motivasi mengajar guru melalui pemahaman konsep deep learning dalam konteks pembelajaran.
- Mendorong guru menerapkan strategi pembelajaran bermakna yang berorientasi pada pemahaman mendalam, berpikir kritis, dan refleksi dalam proses belajar mengajar.
- Mengembangkan budaya belajar dan kolaborasi antar guru melalui kegiatan pelatihan, diskusi, dan refleksi bersama.
- Menumbuhkan kesadaran profesional guru terhadap pentingnya inovasi dan pembaruan metode pembelajaran di era pendidikan modern.
- Menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung pertumbuhan dan pembelajaran berkelanjutan, baik bagi guru maupun peserta didik.
Metode dan Proses Pendampingan
Dalam praktik baik ini, pendekatan yang digunakan adalah pendampingan kolaboratif dan partisipatif yang melibatkan guru secara aktif dalam setiap tahap proses. Metode ini dipilih agar pendampingan tidak bersifat instruktif satu arah, melainkan membangun kesadaran, pemahaman, dan keterampilan guru secara bertahap dan berkelanjutan.
Adapun proses pendampingan dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Guru
Kegiatan diawali dengan melakukan survei singkat dan wawancara kepada para guru untuk menggali tingkat motivasi, tantangan yang dihadapi dalam mengajar, serta kebutuhan mereka terkait pengembangan pembelajaran. Hasil dari tahap ini digunakan sebagai dasar dalam merancang materi pendampingan.
2. Workshop Pengenalan Konsep Deep Learning
Diadakan sesi pelatihan awal yang memperkenalkan konsep deep learning dalam pendidikan, termasuk perbedaannya dengan surface learning. Guru diajak memahami pentingnya pembelajaran bermakna, reflektif, dan berbasis pengalaman siswa.
3. Diskusi dan Studi Kasus
Guru dilibatkan dalam diskusi kelompok kecil, menganalisis contoh kasus pembelajaran yang menerapkan prinsip deep learning, serta merefleksikan bagaimana mereka dapat menerapkannya dalam konteks masing-masing.
4. Pendampingan Perencanaan Pembelajaran
Tim pendamping memberikan bimbingan langsung dalam penyusunan RPP yang mengintegrasikan elemen deep learning, seperti penggunaan pertanyaan tingkat tinggi (HOTS), tugas berbasis proyek, dan penilaian reflektif.
5. Implementasi dan Observasi Kelas
Guru mulai menerapkan pembelajaran dengan pendekatan deep learning di kelas. Kegiatan ini disertai dengan observasi kelas oleh tim pendamping untuk memberikan masukan konstruktif dan dukungan lanjutan.
6. Refleksi Bersama dan Evaluasi
Setelah implementasi, dilakukan sesi refleksi bersama antar guru untuk saling berbagi pengalaman, tantangan, serta strategi yang berhasil. Evaluasi dilakukan melalui kuisioner dan wawancara untuk mengukur dampak terhadap motivasi guru dan kualitas pembelajaran.
7. Tindak Lanjut dan Penguatan Berkelanjutan
Pendampingan tidak berhenti pada satu siklus. Guru diberikan ruang untuk melakukan tindak lanjut melalui komunitas belajar guru (KBG) di sekolah, agar praktik ini terus berkembang dan berkelanjutan.
Siklus 1: Pengenalan dan Pemetaan Motivasi Guru
1. Tujuan Siklus 1:
Mengenali tingkat motivasi guru, memperkenalkan konsep dasar deep learning dalam pembelajaran, dan membangun kesadaran awal tentang pentingnya perubahan paradigma mengajar.
2. Langkah-Langkah Kegiatan:
- Survei dan Wawancara Awal
Kegiatan diawali dengan penyebaran angket kepada seluruh guru untuk memetakan tingkat motivasi, gaya mengajar yang biasa digunakan, serta persepsi mereka terhadap pembelajaran bermakna. Dilanjutkan dengan wawancara mendalam terhadap beberapa guru yang mewakili berbagai latar belakang dan mata pelajaran. - Workshop Pengenalan Konsep Deep Learning
Dilaksanakan pelatihan awal yang membahas perbedaan surface learning dan deep learning, serta prinsip-prinsip pembelajaran yang memicu pemahaman mendalam. Guru diperkenalkan pada strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah, pertanyaan reflektif, dan pembelajaran kontekstual. - Diskusi Reflektif dan Studi Kasus
Guru diajak untuk menganalisis studi kasus sederhana dan mendiskusikan bagaimana pembelajaran deep learning dapat diterapkan dalam konteks mereka masing-masing. Kegiatan ini memicu dialog terbuka antar guru mengenai tantangan dan harapan dalam pembelajaran. - Penguatan Motivasi Intrinsik
Melalui kegiatan refleksi, guru diarahkan untuk menemukan kembali makna dari profesinya, serta bagaimana inovasi pembelajaran dapat menjadi jalan untuk kembali menumbuhkan rasa bangga dan semangat dalam mengajar.
3. Hasil Siklus 1:
- Sebagian besar guru menyatakan bahwa mereka baru pertama kali mengenal istilah deep learning dalam konteks pendidikan.
- Guru mulai menyadari pentingnya pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa berpikir kritis dan reflektif.
- Terjadi peningkatan antusiasme guru untuk mencoba metode baru, terlihat dari partisipasi aktif dalam diskusi dan keinginan untuk menyusun RPP yang lebih variatif.
- Terbentuk komitmen awal untuk mengikuti proses pendampingan sampai selesai.
4. Refleksi Siklus 1:
Siklus 1 menunjukkan bahwa pemahaman terhadap filosofi deep learning dapat menjadi pemicu awal untuk membangkitkan kembali motivasi guru. Namun, pemahaman ini masih bersifat konseptual sehingga diperlukan pendampingan lebih lanjut pada tahap implementasi agar perubahan benar-benar terjadi di ruang kelas.
Siklus 2: Implementasi dan Refleksi Praktik Deep Learning dalam Pembelajaran
1. Tujuan Siklus 2:
Mendorong guru untuk menerapkan konsep deep learning dalam praktik pembelajaran sehari-hari melalui perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi pembelajaran yang bermakna dan kontekstual.
2. Langkah-Langkah Kegiatan:
- Penyusunan RPP Berbasis Deep Learning
Guru didampingi untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengintegrasikan unsur deep learning, seperti penggunaan pertanyaan HOTS, aktivitas pemecahan masalah nyata, kolaborasi antarsiswa, serta refleksi pembelajaran. - Implementasi Pembelajaran di Kelas
Guru mulai menerapkan RPP tersebut di kelas masing-masing. Tim pendamping melakukan observasi untuk mencatat kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan dalam praktik pembelajaran guru. - Observasi dan Dokumentasi
Proses belajar mengajar didokumentasikan dalam bentuk catatan lapangan dan, pada beberapa kelas, rekaman video singkat. Data ini digunakan untuk bahan refleksi dan evaluasi bersama. - Refleksi Individu dan Kolektif
Guru melakukan refleksi tertulis dan lisan mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi juga dilaksanakan secara kolektif dalam forum diskusi antar guru, yang difasilitasi oleh tim pendamping. - Pemberian Umpan Balik dan Penguatan
Setelah refleksi, guru menerima umpan balik dari tim pendamping dan sesama rekan guru. Umpan balik difokuskan pada penguatan praktik positif dan alternatif solusi terhadap tantangan di kelas.
3. Hasil Siklus 2:
- Sebagian besar guru berhasil menyusun dan mengimplementasikan RPP dengan pendekatan deep learning.
- Guru menunjukkan peningkatan kreativitas dalam merancang aktivitas pembelajaran yang menantang dan menyenangkan.
- Terjadi peningkatan partisipasi aktif siswa dalam kelas, terutama dalam diskusi, kerja kelompok, dan presentasi.
- Guru merasa lebih percaya diri dan puas terhadap hasil pembelajaran yang mereka fasilitasi.
- Terbangun suasana kolaboratif antar guru untuk saling belajar dan berbagi pengalaman.
4. Refleksi Siklus 2:
Siklus ini menunjukkan adanya perubahan nyata dalam praktik mengajar guru. Mereka mulai menggeser peran dari “penyampai materi” menjadi fasilitator pembelajaran yang mendorong eksplorasi, berpikir kritis, dan refleksi siswa. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan motivasi dan kepuasan kerja guru. Namun, masih dibutuhkan pendampingan berkelanjutan untuk menjaga konsistensi dan memperluas praktik ke seluruh mata pelajaran.
Siklus 3: Penguatan, Kolaborasi, dan Keberlanjutan Praktik Deep Learning
1. Tujuan Siklus 3:
Memperkuat penerapan pembelajaran berbasis deep learning secara konsisten, membangun kolaborasi antar guru, serta menciptakan sistem pendukung agar transformasi motivasi dan praktik mengajar dapat berkelanjutan.
2. Langkah-Langkah Kegiatan:
- Forum Berbagi Praktik Baik (Teacher Sharing Session)
Guru diberikan kesempatan untuk mempresentasikan pengalaman praktik mengajarnya yang mengintegrasikan deep learning. Forum ini menjadi ruang saling belajar, saling menginspirasi, serta mengapresiasi keberhasilan satu sama lain. - Pembentukan Komunitas Belajar Guru (KBG)
Sebagai bentuk penguatan, dibentuk komunitas belajar guru lintas mapel yang rutin berdiskusi tentang strategi pembelajaran, refleksi, serta inovasi berbasis deep learning. Kegiatan ini memperkuat budaya kolaboratif di sekolah. - Pendampingan Lanjutan dan Coaching Individu
Guru-guru yang masih membutuhkan bimbingan khusus diberikan sesi coaching individu untuk membahas tantangan personal dan mencari solusi yang kontekstual sesuai kebutuhan kelas mereka. - Monitoring dan Evaluasi Keberlanjutan
Dilakukan pemantauan berkala terhadap perkembangan motivasi dan penerapan strategi deep learning melalui observasi kelas, jurnal refleksi guru, dan diskusi evaluasi bersama. - Dokumentasi dan Publikasi Praktik Baik
Seluruh proses dan hasil pendampingan didokumentasikan dalam bentuk laporan dan portofolio guru. Sebagian praktik juga dipublikasikan melalui media internal sekolah atau media sosial sebagai inspirasi bagi komunitas pendidikan yang lebih luas.
3. Hasil Siklus 3:
- Terbentuk budaya reflektif dan kolaboratif di kalangan guru.
- Guru secara aktif berbagi praktik baik dan mendukung satu sama lain untuk terus berkembang.
- Komitmen guru terhadap pembelajaran bermakna semakin kuat dan tumbuh secara alami dari dalam diri.
- Sekolah mulai memiliki sistem pendukung internal untuk pengembangan profesional guru yang berkelanjutan.
- Motivasi guru meningkat secara signifikan, baik secara individu maupun kolektif.
4. Refleksi Siklus 3:
Siklus ini menunjukkan bahwa peningkatan motivasi dan transformasi semangat mengajar guru tidak hanya bergantung pada pelatihan teknis, tetapi juga pada dukungan komunitas dan sistem yang mendorong pertumbuhan berkelanjutan. Ketika guru merasa dihargai, terhubung, dan punya ruang untuk berkembang, mereka menjadi lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam pembelajaran.
Hasil
Praktik baik ini menunjukkan hasil yang positif dan signifikan dalam peningkatan motivasi guru serta transformasi pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna. Hasil dari ketiga siklus pendampingan yang telah dilaksanakan dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Peningkatan Motivasi Guru
- Guru menunjukkan antusiasme dan semangat baru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
- Meningkatnya motivasi intrinsik guru terlihat dari keterlibatan aktif dalam diskusi, refleksi, dan inisiatif untuk terus belajar.
- Guru merasa lebih percaya diri dan memiliki rasa memiliki terhadap profesi dan peran strategis mereka dalam membentuk karakter siswa.
2. Penerapan Strategi Deep Learning dalam Pembelajaran
- Mayoritas guru mampu mengimplementasikan prinsip deep learning dalam RPP dan kegiatan pembelajaran, seperti:
- Penggunaan pertanyaan pemantik berpikir kritis (HOTS),
- Aktivitas pemecahan masalah kontekstual,
- Penugasan proyek kolaboratif,
- Refleksi belajar siswa.
- Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan partisipatif, dengan meningkatnya interaksi dan keterlibatan siswa.
3. Terbangunnya Kolaborasi dan Budaya Reflektif
- Guru mulai terbiasa berbagi praktik baik, saling memberi masukan, dan belajar dari pengalaman satu sama lain.
- Terbentuknya Komunitas Belajar Guru (KBG) di lingkungan sekolah yang secara rutin membahas strategi pembelajaran inovatif.
4. Dukungan Manajemen Sekolah yang Meningkat
- Pihak sekolah mendukung praktik ini dengan memberikan ruang dan waktu untuk pelatihan, refleksi, serta publikasi karya guru.
- Sekolah mulai menata sistem pendampingan internal yang berkelanjutan sebagai bagian dari pengembangan profesionalisme guru.
5. Dampak Terhadap Siswa
- Guru melaporkan bahwa siswa menjadi lebih aktif, kritis, dan reflektif selama proses pembelajaran.
- Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan mendorong siswa untuk mengeksplorasi dan menemukan makna secara mandiri.
Refleksi
Pelaksanaan praktik baik ini memberikan banyak pembelajaran berharga, baik bagi guru, tim pendamping, maupun pihak sekolah secara keseluruhan. Melalui tiga siklus yang dijalankan, terlihat bahwa peningkatan motivasi guru tidak bisa terjadi secara instan, melainkan melalui proses yang berkelanjutan, personal, dan menyentuh aspek makna profesi.
Salah satu refleksi penting adalah bahwa banyak guru sebenarnya memiliki potensi besar untuk mengembangkan pembelajaran yang inovatif, namun sering terhambat oleh rutinitas, keterbatasan pengetahuan, atau kurangnya dukungan sistem. Pendekatan deep learning berhasil membuka perspektif baru bagi guru, bahwa pembelajaran tidak hanya soal menyampaikan materi, tetapi tentang membangun pemahaman yang mendalam dan bermakna bagi siswa.
Pendampingan yang dilakukan secara kolaboratif dan dialogis ternyata sangat efektif dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat guru. Ketika guru diberi ruang untuk berefleksi, mencoba, bahkan melakukan kesalahan dalam suasana yang mendukung, mereka justru tumbuh lebih cepat dan lebih kuat.
Refleksi lain yang muncul adalah pentingnya membangun komunitas belajar yang aktif dan saling menguatkan. Guru yang semula pasif dan cenderung bekerja sendiri, mulai terbuka dan antusias untuk berbagi serta belajar bersama. Kolaborasi ini menjadi fondasi penting untuk memastikan keberlanjutan dari perubahan yang sudah mulai terjadi.
Akhirnya, praktik baik ini menegaskan bahwa transformasi pendidikan tidak hanya bergantung pada kurikulum atau fasilitas, tetapi pada guru yang tergerak, termotivasi, dan merasa diberdayakan. Ketika guru tumbuh, maka pembelajaran pun akan hidup.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil dan refleksi yang diperoleh dari implementasi teknik deep learning sebagai pendorong motivasi guru, beberapa rekomendasi yang dapat disarankan untuk keberlanjutan dan pengembangan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Program Pelatihan Berkelanjutan
Program pelatihan tentang deep learning dan teknik pembelajaran berbasis pemahaman mendalam harus dilakukan secara berkelanjutan. Untuk itu, disarankan agar sekolah atau instansi pendidikan lainnya menyelenggarakan pelatihan reguler yang mendalam dengan berbagai topik terkait pengembangan kompetensi guru, baik dalam aspek pedagogi maupun teknologi pendidikan.
2. Penguatan Komunitas Belajar Guru (KBG)
Komunitas Belajar Guru yang sudah terbentuk harus diperkokoh dengan agenda rutin, seperti sesi berbagi praktik terbaik, diskusi kelompok, dan kolaborasi antar guru lintas disiplin. Hal ini akan membantu menciptakan budaya reflektif dan berbasis pada kolaborasi untuk meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah.
3. Sistem Pendampingan yang Lebih Sistematis
Pendampingan harus lebih sistematis dengan pendekatan yang lebih personal dan berkelanjutan. Guru yang membutuhkan dukungan lebih dapat diberikan sesi coaching individu secara berkala untuk menyelesaikan tantangan spesifik yang mereka hadapi dalam penerapan deep learning. Dengan demikian, setiap guru memiliki kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tantangannya.
4. Pemberian Ruang untuk Inovasi Pembelajaran
Sekolah perlu menyediakan ruang lebih bagi guru untuk berinovasi dalam pendekatan pembelajaran. Ruang tersebut bisa berupa waktu untuk merancang materi ajar, berbagi pengalaman dengan sesama guru, atau eksperimen dengan teknik-teknik baru dalam pengajaran. Dukungan dari manajemen sangat penting untuk memastikan guru memiliki keleluasaan dalam menerapkan ide-ide kreatif mereka.
5. Evaluasi dan Monitoring Berkala
Dilakukan evaluasi dan monitoring berkala terhadap penerapan deep learning di kelas, untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan mengevaluasi dampaknya terhadap motivasi guru dan hasil pembelajaran siswa. Hal ini akan menjadi dasar untuk perbaikan dan penyesuaian program agar terus relevan dengan perkembangan pendidikan.
6. Penguatan Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas
Untuk memperkuat hasil yang dicapai dalam motivasi guru, disarankan agar sekolah juga melibatkan orang tua dan masyarakat dalam mendukung pembelajaran yang lebih bermakna. Keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran dapat memperkaya pengalaman siswa dan memotivasi guru untuk lebih berinovasi.
7. Penyebaran Praktik Baik ke Sekolah Lain
Program ini memiliki potensi untuk diadopsi oleh sekolah-sekolah lain yang ingin meningkatkan motivasi guru dan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, disarankan agar praktik baik ini dipublikasikan dan dibagikan melalui seminar, workshop, atau platform pendidikan, agar lebih banyak guru yang dapat merasakan manfaatnya.
Dengan implementasi rekomendasi ini, diharapkan bahwa transformasi dalam pendekatan pembelajaran yang berbasis deep learning dapat terus berkembang, memberikan dampak positif pada motivasi guru, serta menghasilkan pembelajaran yang lebih berkualitas dan bermakna bagi siswa.
Daftar Pustaka
- Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Addison Wesley Longman.
- Biggs, J., & Tang, C. (2011). Teaching for Quality Learning at University (4th ed.). McGraw-Hill Education.
- Brookfield, S. D. (2017). Becoming a Critically Reflective Teacher. Jossey-Bass.
- Dede, C. (2016). The Role of Digital Technologies in Deeper Learning. In M. S. McTighe & J. P. O’Connor (Eds.), Deeper Learning: How Eight Innovative Public Schools Are Transforming Education in the Twenty-First Century (pp. 109-126). Jossey-Bass.
- Hattie, J. (2009). Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement. Routledge.
- Lemov, D. (2010). Teach Like a Champion: 49 Techniques that Put Students on the Path to College. Jossey-Bass.
- Marzano, R. J., & Pickering, D. J. (2010). The Highly Engaged Classroom. Marzano Research Laboratory.
- Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development, and well-being. American Psychologist, 55(1), 68–78. https://doi.org/10.1037/0003-066X.55.1.68
- Senge, P. M. (2006). The Fifth Discipline: The Art & Practice of the Learning Organization (2nd ed.). Doubleday.
- Wiggins, G., & McTighe, J. (2005). Understanding by Design. ASCD.