Strategi Meningkatkan Literasi Numerasi Peserta Didik di Era Deep Learning: Menyongsong Pendidikan Berkualitas di Masa Depan

0
51

Oleh : Koni Kusnadi, S.Pd., M.M.Pd.

 

Abstrak

Penguasaan literasi numerasi peserta didik di Indonesia masih terbilang rendah, dengan posisi Indonesia yang berada di bawah negara-negara lain dalam hal ini. Literasi numerasi sangat penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan di dunia global yang semakin kompleks. Dalam konteks ini, pendekatan pembelajaran melalui Deep Learning dapat menjadi solusi untuk meningkatkan literasi numerasi siswa. Artikel ini membahas pentingnya literasi numerasi di luar satuan pendidikan serta langkah-langkah strategis yang perlu diambil oleh pendidik dalam menerapkan Deep Learning untuk mendorong peningkatan kompetensi literasi numerasi peserta didik. Melalui pembelajaran mendalam, siswa tidak hanya belajar membaca atau berhitung, tetapi juga mengidentifikasi, menganalisis, dan mendeskripsikan materi secara komprehensif untuk meningkatkan kemampuan mereka.

Pendahuluan

Literasi numerasi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap peserta didik untuk dapat berkembang di dunia modern yang semakin digital dan berbasis teknologi. Namun, penguasaan literasi numerasi di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara-negara besar di dunia. Meskipun ada juga negara-negara dengan tingkat literasi numerasi yang lebih rendah, tantangan untuk bersaing di dunia global mengharuskan Indonesia untuk terus berusaha meningkatkan kemampuan ini, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Literasi numerasi tidak hanya terbatas pada membaca buku atau menghitung angka. Ini mencakup kemampuan siswa untuk memahami dan memanfaatkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengukur luas atau lebar sebuah lahan atau mengelola pengeluaran pribadi. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung literasi numerasi di berbagai konteks, baik di sekolah, di rumah, maupun dalam lingkungan sosial mereka.

Namun, untuk mendorong peserta didik agar mencintai literasi numerasi tidaklah mudah. Diperlukan metode yang kreatif dan inovatif untuk membuat literasi numerasi menarik dan relevan dengan kehidupan mereka. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah melalui Deep Learning, yang mengutamakan pemahaman mendalam terhadap materi yang dipelajari.

Pembahasan: Strategi Peningkatan Literasi Numerasi melalui Deep Learning

Literasi numerasi merupakan kemampuan dasar yang sangat penting bagi peserta didik dalam memahami dan menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurut OECD (2019:15), literasi numerasi adalah kemampuan individu untuk merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Hal ini mencakup keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, serta pengambilan keputusan berbasis data. Sayangnya, berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA), tingkat literasi numerasi siswa di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain.

Untuk mengatasi permasalahan ini, penerapan Deep Learning dalam pembelajaran dapat menjadi solusi strategis. Deep Learning bukan sekadar pembelajaran berbasis hafalan, tetapi lebih menekankan pada pemahaman mendalam, refleksi kritis, dan aplikasi konsep dalam berbagai situasi (Schmidhuber, 2015:86). Pendekatan ini menuntut siswa untuk tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga mengeksplorasi, menganalisis, serta mengonstruksi pemahaman yang lebih komprehensif terhadap materi yang dipelajari.

Agar penerapan Deep Learning dalam meningkatkan literasi numerasi berhasil, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan:

  1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran

Langkah pertama dalam meningkatkan literasi numerasi adalah dengan menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas. Menurut Bloom (1956:22), tujuan pembelajaran harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam konteks literasi numerasi, ini berarti siswa tidak hanya menghafal konsep matematika, tetapi juga menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam perhitungan anggaran, pengukuran luas tanah, atau analisis data sederhana.

  1. Mengumpulkan Data

Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data mengenai kemampuan literasi numerasi siswa. Data ini dapat diperoleh melalui asesmen diagnostik, observasi, atau tes formatif. Menurut Black & Wiliam (1998:12), asesmen formatif berperan penting dalam memberikan umpan balik yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses belajar siswa. Namun, tantangannya adalah bagaimana guru dapat melakukan asesmen yang akurat dan berkelanjutan di tengah keterbatasan waktu serta jumlah siswa yang besar.

  1. Membuat Model Pembelajaran Berbasis Deep Learning

Model pembelajaran berbasis Deep Learning harus dirancang dengan menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Hattie (2009:37), pembelajaran yang efektif harus melibatkan eksplorasi aktif, refleksi kritis, dan pengalaman berbasis proyek. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah Project-Based Learning (PBL), di mana siswa diberi tantangan nyata untuk diselesaikan menggunakan konsep numerasi. Misalnya, siswa diminta untuk membuat rencana anggaran rumah tangga sederhana atau menghitung luas dan volume bangunan berdasarkan data yang mereka peroleh dari lingkungan sekitar.

Namun, implementasi model ini tidak selalu mudah. Guru sering menghadapi tantangan dalam membimbing siswa agar tetap fokus dan tidak hanya sekadar menyelesaikan tugas tanpa memahami konsep yang mendasarinya. Selain itu, keterbatasan sumber daya seperti fasilitas teknologi dan bahan ajar interaktif juga menjadi hambatan dalam penerapan pembelajaran berbasis Deep Learning.

  1. Melatih Model Pembelajaran

Sebelum diterapkan secara luas, model pembelajaran yang telah dirancang perlu diuji coba dalam skala kecil. Pelatihan ini bertujuan untuk melihat apakah model tersebut benar-benar membantu siswa dalam meningkatkan literasi numerasi mereka. Menurut Vygotsky (1978:46), pembelajaran yang efektif terjadi dalam Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), yaitu jarak antara apa yang dapat dilakukan siswa sendiri dan apa yang dapat mereka capai dengan bantuan. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam mengeksplorasi dan memahami konsep-konsep numerasi secara mendalam.

  1. Menguji Model Pembelajaran

Setelah model pembelajaran diterapkan, langkah berikutnya adalah menguji efektivitasnya. Menurut Guskey (2000:54), evaluasi pembelajaran harus mencakup lima level: reaksi, pembelajaran, penerapan, dampak pada lingkungan sekolah, dan dampak pada sistem pendidikan. Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep numerasi, maka perlu dilakukan revisi terhadap strategi pembelajaran yang digunakan.

Konflik yang sering muncul dalam tahap ini adalah perbedaan tingkat pemahaman siswa, di mana ada siswa yang cepat memahami materi dan ada yang masih kesulitan. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat menerapkan diferensiasi pembelajaran, yaitu memberikan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan individu siswa, sebagaimana disarankan oleh Tomlinson (2001:87).

  1. Mengimplementasikan Model Pembelajaran dalam Kelas

Setelah model pembelajaran diuji dan disempurnakan, tahap selanjutnya adalah mengimplementasikannya dalam kelas. Implementasi ini harus dilakukan secara bertahap dan fleksibel agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran yang baru. Namun, di banyak sekolah, kendala yang sering dihadapi adalah minimnya kesiapan guru dalam menerapkan metode inovatif. Oleh karena itu, pelatihan bagi guru menjadi hal yang sangat penting untuk memastikan keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis Deep Learning.

  1. Memonitor dan Mengevaluasi Keberhasilan Model Pembelajaran

Langkah terakhir dalam strategi peningkatan literasi numerasi adalah monitoring dan evaluasi. Menurut Kirkpatrick (1994:69), evaluasi yang baik tidak hanya melihat hasil akhir siswa, tetapi juga bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Hasil evaluasi ini akan menjadi dasar bagi perbaikan model pembelajaran agar lebih efektif.

Namun, tantangan utama dalam tahap ini adalah bagaimana melakukan evaluasi yang akurat dan berkelanjutan. Banyak sekolah masih menggunakan sistem evaluasi berbasis tes tertulis, padahal literasi numerasi seharusnya diukur dengan cara yang lebih aplikatif, seperti melalui tugas proyek, diskusi, dan analisis data kehidupan nyata.

Meningkatkan literasi numerasi melalui Deep Learning bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan strategi yang komprehensif, mulai dari identifikasi tujuan pembelajaran, pengumpulan data, pembuatan model pembelajaran, pelatihan, pengujian, implementasi, hingga evaluasi berkelanjutan.

Namun, dalam proses implementasinya, terdapat berbagai konflik yang harus diselesaikan, seperti rendahnya kesiapan guru, keterbatasan sumber daya, kesenjangan pemahaman siswa, serta metode evaluasi yang kurang efektif. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan orang tua.

Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang kuat, diharapkan literasi numerasi peserta didik di Indonesia dapat meningkat secara signifikan, sehingga mereka mampu bersaing dalam dunia yang semakin berbasis data dan teknologi.

Penutup

Meningkatkan literasi numerasi peserta didik di Indonesia adalah sebuah tantangan besar yang memerlukan strategi yang terencana dan inovatif. Dengan mengintegrasikan pendekatan Deep Learning dalam proses pembelajaran, kita dapat mendorong siswa untuk tidak hanya menguasai keterampilan membaca atau berhitung, tetapi juga untuk berpikir kritis, menganalisis data, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai pelaku pendidikan, kita harus berani berinovasi dan berpikir kreatif untuk menyelamatkan masa depan pendidikan di Indonesia. Peningkatan literasi numerasi bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga lingkungan rumah dan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk berkolaborasi dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung pengembangan literasi numerasi secara menyeluruh, baik di dalam maupun di luar satuan pendidikan. (*)

Penulis adalah Pengawas Sekolah Disdik Kabupaten Garut