Garut, 23 April 2026 — Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam bersama Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) melaksanakan uji publik terhadap modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi (PKR) dengan perspektif Islam di Hotel Santika, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Program ini ditujukan sebagai upaya pembentukan karakter generasi muda yang sehat secara fisik dan spiritual dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045.
Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Permenag No. 73 Tahun 2022 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di satuan pendidikan. Salah satu fokus utama adalah pengembangan Modul 2 SETARA (Semangat Dunia Remaja) yang berperspektif Islam sebagai bahan pembelajaran yang kontekstual dan selaras dengan nilai-nilai keislaman.
Modul SETARA berperspektif Islam tidak hanya menyampaikan informasi faktual tentang kesehatan reproduksi dan kehidupan remaja, tetapi juga bertujuan membentuk karakter mulia dan akhlak islami peserta didik. Dengan menanamkan nilai-nilai seperti iffah (menjaga kehormatan), keadilan, kasih sayang, dan akhlakul karimah, diharapkan modul ini dapat menjadi bekal dalam membentuk generasi Muslim yang sehat, kritis, dan berempati.
Sekretaris Dirjen Pendidikan Islam, Prof. Dr. M. Arskal Salim, GP., M.Ag., menjelaskan bahwa modul ini dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran remaja akan pentingnya menjaga tubuh sebagai amanah dari Tuhan. “Ini menjadi bagian dari jawaban atas tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini. Harapannya, guru PAI, guru biologi, hingga guru TK dapat memanfaatkan modul ini,” ujarnya.
Menurutnya, Garut dipilih sebagai lokasi uji publik karena memiliki ekosistem pendidikan yang mendukung serta masyarakat yang terbuka terhadap pendekatan edukatif semacam ini. Ia menambahkan bahwa modul ini juga akan diuji di sejumlah daerah lain seperti Indramayu, Cianjur, Jember, Jombang, Bondowoso, Lombok Timur, dan Langkat.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Garut, Dr. H. Saepulloh, S.Ag., M.Pd.I., mengapresiasi pemilihan Garut sebagai lokasi pelaksanaan program. “Pesantren di Garut sangat banyak, dan ini jadi momentum untuk mewujudkan generasi emas 2045. Kami siap memberikan kontribusi nyata,” tegasnya.
Direktur YGSI, Ely Sawitri, menyampaikan bahwa modul ini awalnya dikembangkan untuk pendidikan kesehatan umum. Namun, seiring dengan tingginya angka kekerasan bahkan di sekolah berbasis agama, pihaknya merasa perlu menghadirkan modul yang relevan dengan konteks pendidikan Islam. “Kami menargetkan siswa usia SMP, karena masa ini adalah masa krusial perubahan fisik dan emosional remaja,” jelasnya.
Tujuan utama kegiatan ini adalah menghimpun masukan konstruktif dari peserta terkait kejelasan, kesesuaian, dan daya tarik konten dalam modul. Hasil umpan balik akan digunakan sebagai dasar penyempurnaan sebelum modul diterapkan secara lebih luas di satuan-satuan pendidikan di bawah Kementerian Agama.
Modul PKR ini telah mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan dan berbagai lembaga terkait. Proses uji publik diharapkan dapat memberikan masukan dari para guru, terutama di madrasah dan pesantren, untuk penyempurnaan modul sebelum diimplementasikan secara luas. ***Jajang Sukmana