Memanfaatkan Tiktok dalam Pembelajaran: Menyatukan Tradisi dan Inovasi di Era Digital

0
32

Oleh : Ine Rahmawati, S.Pd. M.Pd.

 

Abstrak
Pendidikan di era digital yang berkembang pesat menuntut integrasi teknologi dalam pembelajaran. Pandemi COVID-19 mempercepat adopsi teknologi oleh para pendidik, salah satunya melalui penggunaan media sosial dan platform digital. Artikel ini membahas pemanfaatan teknologi, khususnya aplikasi TikTok, dalam pendidikan, serta bagaimana transformasi digital ini berkontribusi pada Kurikulum Merdeka dan reformasi pendidikan di Indonesia. TikTok, yang menjadi fenomena di kalangan pelajar, dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan siswa, terutama dalam pembelajaran seni budaya. Pemanfaatan teknologi ini tidak hanya membantu siswa mengembangkan kemampuan abad ke-21, tetapi juga mendukung pengembangan profesional guru.

 

Pendahuluan

Transformasi digital dalam pendidikan telah menjadi bagian penting dalam sistem pembelajaran modern, terutama setelah pandemi COVID-19. Pemanfaatan teknologi tidak hanya meningkatkan aksesibilitas pembelajaran, tetapi juga memberikan kesempatan bagi pendidik untuk mengadopsi metode pengajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Salah satu alat yang berkembang pesat adalah media sosial, termasuk aplikasi TikTok, yang sangat populer di kalangan siswa. Dengan adanya kebijakan pemerintah melalui Permendikbudristek Nomor 8 Tahun 2022, yang mendorong integrasi teknologi informasi dalam pendidikan, penggunaan platform digital sebagai alat pembelajaran telah menjadi pilihan yang semakin relevan. Artikel ini membahas potensi penggunaan TikTok dalam pembelajaran seni budaya serta bagaimana hal ini mendukung Kurikulum Merdeka.

Namun, meskipun transformasi digital memberikan banyak peluang, perkembangan teknologi dan era digital juga membawa sejumlah tantangan dan konflik sosial yang semakin kompleks. Salah satu konflik utama yang muncul adalah ketimpangan antara pembelajaran berbasis teknologi dan pembelajaran manual atau tradisional yang masih banyak diterapkan di beberapa daerah. Di satu sisi, penggunaan teknologi menawarkan kemudahan dan akses yang lebih luas dalam proses belajar mengajar, tetapi di sisi lain, ketergantungan pada teknologi juga menciptakan kesenjangan dalam kemampuan siswa dan guru untuk mengakses serta memanfaatkan alat-alat digital tersebut secara optimal.

Konflik ini juga mencakup ketidaksetaraan dalam infrastruktur dan sumber daya yang tersedia di berbagai wilayah. Di perkotaan, banyak sekolah yang telah mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran mereka, bahkan menggunakan media sosial seperti TikTok sebagai alat bantu pengajaran yang menarik. Namun, di daerah-daerah pedesaan atau wilayah dengan infrastruktur yang kurang memadai, pembelajaran masih cenderung mengandalkan metode tradisional yang lebih konvensional. Hal ini menambah kesenjangan antara siswa yang terbiasa dengan teknologi dan mereka yang tidak memiliki akses yang sama terhadap perangkat digital atau koneksi internet yang stabil.

Selain itu, ada pula tantangan dalam hal kesiapan para pendidik. Banyak guru yang terbiasa dengan metode pembelajaran konvensional yang lebih manual, dan mereka mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan penggunaan teknologi baru seperti TikTok dalam pembelajaran. Ketidaksiapan ini dapat menyebabkan resistensi terhadap perubahan, yang pada gilirannya dapat memperburuk ketimpangan antara metode pengajaran tradisional dan digital. Bahkan, sejumlah pendidik mungkin masih merasa lebih nyaman dengan pendekatan lama yang lebih terstruktur dan mudah dipahami, yang memberikan kontrol lebih besar atas jalannya pembelajaran, dibandingkan dengan metode berbasis teknologi yang lebih fleksibel dan terkadang lebih sulit untuk dipantau.

Konflik sosial ini tidak hanya berdampak pada kualitas pembelajaran, tetapi juga pada perkembangan karakter siswa. Di satu sisi, mereka diajarkan untuk beradaptasi dengan teknologi dan mengikuti tren digital yang ada, sementara di sisi lain mereka masih harus menghadapi tantangan terkait pemahaman dan penggunaan metode pembelajaran tradisional yang belum tentu relevan dengan kebutuhan dunia yang semakin digital. Oleh karena itu, integrasi teknologi dalam pendidikan tidak hanya memerlukan perhatian terhadap pengembangan infrastruktur, tetapi juga pendekatan yang bijaksana untuk menyeimbangkan nilai-nilai tradisional dengan inovasi digital yang semakin berkembang.

Kebijakan pemerintah melalui Permendikbudristek Nomor 8 Tahun 2022 yang mendukung digitalisasi dalam pendidikan, memang sangat relevan dengan perkembangan zaman. Namun, tantangan dan konflik yang muncul akibat adopsi teknologi ini perlu dipahami dengan lebih mendalam. Pendidik dan pihak berwenang harus bekerja sama untuk mengatasi ketimpangan tersebut, sehingga teknologi bisa benar-benar digunakan untuk memperkaya proses pembelajaran dan tidak memperburuk ketidaksetaraan yang ada. Dengan demikian, solusi yang diambil harus mempertimbangkan berbagai aspek sosial, budaya, dan ekonomi, untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan adil.

 

Pembahasan

Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan telah menjadi keniscayaan, seiring dengan berkembangnya revolusi industri 4.0 yang memperkenalkan teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan big data dalam dunia pendidikan. Di Indonesia, Kurikulum Merdeka mendorong pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan berbasis pada pengembangan keterampilan abad ke-21. Penggunaan media sosial seperti TikTok sebagai alat pembelajaran dapat memberikan dampak positif bagi siswa dalam mengembangkan kreativitas, komunikasi, dan keterampilan digital mereka.

TikTok, yang awalnya dikenal sebagai aplikasi hiburan, kini telah digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif, terutama dalam bidang seni budaya. Aplikasi ini memungkinkan guru untuk membuat video pendek yang menarik dan informatif, menjelaskan konsep-konsep sulit dengan cara yang visual dan mudah dipahami oleh siswa. Dalam konteks seni budaya, TikTok dapat digunakan untuk memperkenalkan teknik seni, menjelaskan budaya lokal, dan memfasilitasi pembelajaran yang lebih interaktif.

Selain itu, penggunaan TikTok dalam pembelajaran memberikan keuntungan lain, seperti meningkatkan keterlibatan siswa. Sebagian besar siswa sudah akrab dengan platform ini, yang memudahkan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga dapat memanfaatkan TikTok untuk mendokumentasikan dan mempromosikan seni dan budaya lokal, yang memungkinkan siswa untuk lebih menghargai kekayaan budaya mereka.

Namun, penggunaan TikTok dalam pembelajaran memerlukan kreativitas dari guru. Mereka harus mampu merancang konten yang menarik dan relevan dengan materi yang diajarkan, serta dapat mengintegrasikan teknologi dengan cara yang mendukung tujuan pembelajaran. Guru yang kreatif juga dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar.

Menurut Prensky (2001) dalam artikelnya “Digital Natives, Digital Immigrants,” siswa saat ini dapat disebut sebagai “digital natives” yang tumbuh dengan teknologi digital sebagai bagian dari kehidupan mereka. Prensky mengemukakan bahwa generasi ini memiliki cara berpikir dan belajar yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yang memerlukan pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis teknologi. Oleh karena itu, penggunaan platform digital seperti TikTok dalam pembelajaran sangat sesuai dengan kebutuhan siswa masa kini, yang lebih menyukai konten yang dinamis dan mudah diakses.

Di sisi lain, teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget (1973) dan Vygotsky (1978) juga mendukung penggunaan media sosial dalam pembelajaran. Piaget menekankan pentingnya pengalaman langsung dalam pembelajaran, sedangkan Vygotsky lebih menekankan pada interaksi sosial dan peran budaya dalam pembelajaran. Penggunaan TikTok sebagai platform yang interaktif memungkinkan siswa untuk belajar melalui pengalaman visual dan sosial, serta berkolaborasi dengan teman-teman mereka dalam memahami materi yang dipelajari. Dengan demikian, TikTok tidak hanya memberikan pengetahuan teoretis, tetapi juga memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam konteks sosial mereka.

Lebih lanjut, Duffy dan Jonassen (1992) dalam buku Constructivist Learning Environments menyatakan bahwa teknologi harus digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendorong kreativitas dan pemecahan masalah. Aplikasi TikTok dengan format video pendek yang menarik dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan dapat merangsang pemikiran kritis siswa. Dengan memanfaatkan teknologi ini, siswa dapat lebih mudah menyampaikan ide dan konsep mereka, serta mendapatkan umpan balik dari guru dan teman-teman sekelas mereka.

Selain itu, penelitian oleh Afrianto (2021) yang mengungkapkan bahwa guru perlu melakukan adaptasi dalam cara mengajar, menyarankan bahwa teknologi seperti media sosial harus dimanfaatkan untuk meningkatkan keterlibatan dan kolaborasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang mendorong pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Penggunaan platform seperti TikTok dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkreasi dan menyampaikan pemikiran mereka dengan cara yang lebih kreatif, sehingga dapat mengembangkan keterampilan abad ke-21, seperti komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi.

Secara keseluruhan, pemanfaatan media sosial dalam pembelajaran tidak hanya mengubah cara siswa belajar, tetapi juga memberikan kesempatan bagi guru untuk berinovasi dalam metode pengajaran mereka. Dengan demikian, penggunaan TikTok sebagai media pembelajaran yang kreatif dapat membantu siswa dan guru untuk lebih siap menghadapi tantangan dunia digital yang terus berkembang.

 

Penutup

Transformasi digital dalam pendidikan, terutama dalam pemanfaatan media sosial dan platform digital seperti TikTok, telah membawa dampak besar bagi sistem pembelajaran di Indonesia. Dengan adanya kebijakan dari pemerintah dan semangat Kurikulum Merdeka, pendidik didorong untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. TikTok, yang awalnya merupakan platform hiburan, kini dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran seni budaya dan keterampilan abad ke-21. Penggunaan platform ini dapat meningkatkan kreativitas siswa, memperkenalkan budaya lokal, dan memfasilitasi pembelajaran yang lebih menarik dan efektif. Dengan dukungan teknologi, pendidikan di Indonesia dapat semakin berkembang dan beradaptasi dengan tuntutan zaman.

Proses pembelajaran, khususnya dalam bidang seni budaya, yang mampu membuat materi lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa. Penggunaan TikTok dapat meningkatkan keterlibatan siswa, merangsang kreativitas, dan mengembangkan keterampilan digital mereka. Namun, untuk mencapai manfaat maksimal dari penggunaan teknologi dalam pembelajaran, guru perlu mengimplementasikan strategi yang efektif untuk mengimbangi perkembangan pesat teknologi dengan pendekatan pembelajaran yang relevan.

Strategi pertama yang harus dijalankan oleh guru adalah mengadopsi model pembelajaran yang fleksibel dan inklusif. Guru perlu memahami bahwa tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi, baik dari segi perangkat maupun koneksi internet. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk merancang materi yang dapat diakses baik melalui teknologi digital maupun secara manual, dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Hal ini akan membantu memastikan bahwa semua siswa, baik yang memiliki akses terbatas maupun yang sudah terbiasa dengan teknologi, dapat mengikuti pembelajaran secara merata.

Kedua, guru perlu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menggunakan teknologi dengan melibatkan diri dalam pelatihan dan pengembangan profesional. Agar dapat memanfaatkan TikTok dan platform digital lainnya secara efektif, guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang cara mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Pelatihan ini dapat berupa workshop, seminar, atau kursus online yang membekali guru dengan keterampilan dan wawasan baru dalam menggunakan media sosial dan alat digital lainnya sebagai bagian dari proses pembelajaran.

Selanjutnya, guru juga harus mengembangkan sikap yang terbuka terhadap perubahan dan selalu siap beradaptasi dengan teknologi baru yang muncul. Dengan perkembangan teknologi yang cepat, guru perlu terus menerus mengevaluasi dan memperbarui metode pengajaran mereka agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Ini termasuk memahami tren digital yang sedang berkembang, seperti TikTok, dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam konteks pembelajaran yang mendukung tujuan pendidikan.

Penting juga bagi guru untuk menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan pendekatan pembelajaran tradisional. Walaupun teknologi dapat memperkaya pengalaman belajar siswa, metode pembelajaran manual yang lebih personal, seperti diskusi kelas, proyek kelompok, dan pembelajaran berbasis praktik, tetap perlu dipertahankan untuk memperkuat pemahaman dan keterampilan siswa dalam konteks dunia nyata. Guru harus mampu mengintegrasikan kedua pendekatan ini secara seimbang, untuk menciptakan pengalaman belajar yang holistik.

Dengan demikian, untuk mengimbangi pembelajaran di kelas dengan perkembangan teknologi era digital, guru harus berfokus pada pengembangan diri, pemanfaatan teknologi secara bijaksana, serta menjaga kesetaraan dalam akses dan kualitas pembelajaran bagi semua siswa. Hanya dengan strategi yang matang dan terencana, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan dapat berjalan optimal dan memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. (*)

 

Penulis: Pengawas Sekolah Disdik Kab. Garut