Strategi Pendampingan Reflektif untuk Menumbuhkan Motivasi Kerja Guru di SMPN 1 Talegong Garut

0
56

Oleh : Asep Rus Hendara, S.Pd., M.Pd (Pengawas Sekolah Disdik Kab. Garut)

 

Abstrak

Motivasi pendidik merupakan elemen penting dalam membentuk kaliber pendidikan di lembaga.pendidikan, bagian ini membahas bagaimana bantuan reflektif dapat meningkatkan antusiasme guru di SMPN 1 Talegong. Lebih dari tiga periode pendampingan yang direncanakan, metode ini membuktikan dorongan dalam keterlibatan dan antusiasme guru di tempat kerja. Taktik yang diadopsi mencakup majelis reflektif, pujian untuk kemajuan, dan kerja sama peningkatan diri. Hasilnya menunjukkan dorongan besar dalam antusiasme guru, yang terlihat pada guru yang bekerja bersama dan bersikap terbuka satu sama lain. Antusiasme pendidik adalah elemen penting dalam mendefinisikan standar pendidikan di sekolah praktik baik ini ini berbicara tentang bagaimana membantu para guru berpikir tentang pekerjaan mereka dapat membuat mereka lebih bahagia dan lebih termotivasi di tempat kerjanya, dengan tiga putaran bimbingan yang terorganisir, metode ini menunjukkan para guru menjadi lebih terlibat dan lebih bahagia di tempat kerja. Taktik yang digunakan menggabungkan majelis kontemplasi, pujian, dan kerja sama peningkatan diri. Hasilnya menunjukkan dorongan besar dalam antusiasme guru, yang muncul sebagai  kerja tim dan keterbukaan di antara para guru.

Kata Kunci: motivasi kerja guru, peningkatan otivasi, pengembangan diri guru

 

LATAR BELAKANG

Motivasi kerja pendidik untuk pencapaian tujuan merupakan hal penting dalam membina perjalanan pendidikan yang efisien dan sangat baik. Pendidik termotivasi akan menunjukkan kemanjuran yang lebih besar, mengenai desain kurikulum, pengiriman instruksi, dan keterlibatan keseluruhan dalam acara sekolah. Tetapi, di SMPN 1 Talegong, para guru mulai menunjukkan lebih perlu   termotivasi untuk pekerjaan mereka. Tanda-tanda ini dihasilkan dari keterlibatan pertumbuhan profesional yang tidak mencukupi, perencanaan  yang ditunda, dan berkurangnya keterlibatan program sekolah. Ini mengkhawatirkan karena dapat secara langsung mempengaruhi standar pendidikan dan suasana di sekolah.

Berangkat dari masalah ini, upaya harus membahas tidak hanya teknis, tetapi juga aspek afektif dan mental pendidik. Satu pendekatan yang dianggap efektif adalah reflektif, apresiatif, dan bantuan kolaboratif. Bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri para pendidik, meningkatkan kepercayaan diri, dan menanamkan kebanggaan profesional, sambil mempromosikan suasana kerja  sama. Metode  ini dijalankan sebagai reaksi nyata terhadap tuntutan perubahan, yang bertujuan untuk menjadi contoh untuk aplikasi dalam lingkungan yang berkelanjutan dan spesifik dalam konteks di lembaga pendidikan.

 

TUJUAN

  1. Meningkatkan kesadaran guru akan pentingnya peran mereka.
  2. Menumbuhkan kembali motivasi kerja melalui strategi pendampingan reflektif.
  3. Membangun budaya kerja kolaboratif dan saling menghargai.

 

METODE DAN PROSES PENDAMPINGAN

Pendekatan yang digunakan adalah metode STAR (Situation, Task, Action, Result) dengan tiga siklus pendampingan, masing-masing melalui empat tahapan: identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Siklus 1: Refleksi dan Kesadaran Diri

  1. Identifikasi Masalah: Guru merasa jenuh dan kehilangan makna dalam pekerjaannya.
  2. Perencanaan: Merancang forum refleksi bulanan.
  3. Pelaksanaan: Guru berbagi kisah inspiratif dan alasan memilih profesi guru.
  4. Evaluasi: Guru mulai menunjukkan semangat baru dan merasa lebih terhubung secara emosional.

 

Siklus 2: Apresiasi dan Penguatan Positif

  1. Identifikasi Masalah: Guru merasa kurang dihargai.
  2. Perencanaan: Menyusun sistem penghargaan berbasis kontribusi.
  3. Pelaksanaan: Pemberian apresiasi “Guru Hebat Hari Ini” dan testimoni dari siswa.
  4. Evaluasi: Meningkatnya rasa percaya diri dan motivasi intrinsik guru.

 

Siklus 3: Kolaborasi dan Pengembangan Diri*

  1. Identifikasi Masalah: Guru kurang kolaboratif.
  2. Perencanaan: Mendorong kelas inspiratif dan kerja kelompok.
  3. Pelaksanaan: Guru saling berbagi praktik mengajar dan membuat media pembelajaran bersama.
  4. Evaluasi: Guru merasa lebih dihargai dan terdorong untuk berkembang.

 

HASIL

Setelah tiga siklus pendampingan, ada dorongan nyata dalam motivasi guru di SMPN 1 Talegong. Melalui refleksi meningkatkan pemahaman diri para pendidik atas peran mereka, terbukti melalui peningkatan partisipasi dalam dialog dan  semangat segar dalam bertukar pikiran. Siklus kedua berfokus pada memberikan umpan balik positif kepada guru, yang sangat meningkatkan harga diri mereka. Mereka merasa dihargai atas bantuan mereka, yang menunjukkan perencanaan yang lebih baik dan lebih banyak kegembiraan untuk bergabung dengan kegiatan di  sekolah. Sementara itu, secara bersamaan, dalam urutan ketiga, pendekatan kooperasi melalui inisiatif  kelas motivasi dan pengembangan konten pendidikan kolektif mendorong pendidik  untuk bertukar dan saling membantu. Hasil dari survei yang diberikan sebelum dan setelah keterlibatan menunjukkan peningkatan peringkat motivasi  sebesar dua puluh persen. Keterlibatan guru dalam inisiatif sekolah meningkatkan di atas 80%, menumbuhkan lingkungan belajar yang terlibat di mana para pendidik dengan sukarela bertukar metode pengajaran dan konsep kreatif yang efektif. Semua temuan ini menunjukkan bahwa taktik bantuan reflektif, apresiatif, dan kooperatif dapat berfungsi sebagai metode yang efisien untuk meningkatkan kepuasan kerja pendidik di sekolah.

 

REFLEKSI

Dari pendampingan yang telah dilakukan bahwa pendekatan yang terdiri antara lain refleksi, apresiasi, dan kolaborasi justru memberikan efek pada motivasi kerja guru secara efektif dan nyata. Guru lebih dihargai, didengar, dan terlibat proses introspeksi diri. Tidak hanya individu langsung yang dihibur, kegiatan ini juga solidaritas antar guru dan membentuk budaya kerja yang lebih positif. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perubahan yang kecil namun konsisten nyata memberikan efek besar terhadap lingkungan sekolah.

 

REKOMENDASI

  1. Lanjutkan forum refleksi sebagai budaya sekolah.
  2. Libatkan guru dalam pengambilan keputusan.
  3. Fasilitasi pengembangan diri yang relevan dengan kebutuhan mereka.

 

DAFTAR PUSTAKA

  • Permendikbud No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
  • Robbins, S. P. (2016). Organizational Behavior. Pearson Education.
  • Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers.
  • Suyanto & Asep Jihad. (2013). Menjadi Guru Profesional. Erlangga.