“Membasuh Kaki Ibu”, Prosesi Haru Purna Siswa SMPN 1 Bayongbong Tahun Pelajaran 2024–2025

0
49

Bayongbong, 2 Juni 2025 — Hujan air mata penuh haru menyelimuti lapangan upacara SMPN 1 Bayongbong, Kabupaten Garut, saat sekolah ini menggelar Prosesi Purna Siswa Kelas IX Tahun Pelajaran 2024–2025. Bertema “Seja Mulangtarima Teteg Ngalengkah Jembar Ku Pangdu’a,” acara yang berlangsung pada Senin siang ini menjadi momen istimewa yang sarat makna bagi para siswa, orang tua, serta seluruh keluarga besar sekolah.

Acara ini turut dihadiri oleh Kepala SMPN 1 Bayongbong, Herdi Mulyana RH, S.Pd., M.Pd., jajaran guru dan tenaga kependidikan, Pengawas Pembina, serta Ketua Komite Sekolah KH. Sirojul Munir—yang juga merupakan Ketua MUI Kabupaten Garut—beserta seluruh pengurus komite. Tak kurang dari 368 orang tua siswa hadir memeriahkan dan menyaksikan prosesi pelepasan putra-putrinya.

Dalam sambutannya, KH. Sirojul Munir menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak sekolah atas dedikasinya dalam membimbing siswa hingga lulus dengan baik. Ia juga memuji pelaksanaan kegiatan yang terlihat lebih mewah dan tertata, meskipun sepenuhnya merupakan hasil inisiatif siswa tanpa arahan maupun pungutan dari sekolah.

“Jangan berhenti sekolah. Kalau bisa lanjut sampai perguruan tinggi. Kalau tidak, akan menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat,” tegasnya.

Ia juga berpesan, “Tidak ada alasan untuk tidak sekolah. Biaya bukan penghalang, karena pemerintah siap membantu.”

Sementara itu, Kepala SMPN 1 Bayongbong, Herdi Mulyana RH, S.Pd., M.Pd., mengakui bahwa awalnya pihak sekolah sempat ragu menggelar acara ini. Namun, semangat siswa yang ingin mengulang momen berkesan seperti para alumni mendorong sekolah untuk melaksanakannya.

Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak sekadar seremoni, tetapi bagian dari pembelajaran sosial dan spiritual yang mereka terapkan di sekolah.

“Tema kita adalah Deep Learning dan Kesholehan Sosial. Anak-anak sudah membersihkan 40 masjid, bahkan DKM Masjid Besar meminta agar program ini dijadikan agenda rutin setiap Jumat, dan kami menyanggupinya,” jelas Herdi.

Tak hanya itu, siswa juga menyalurkan santunan kepada 40 lansia dari kalangan dhuafa, sebagai bentuk kepedulian sosial. “Mungkin satu-satunya sekolah yang perpisahannya diisi dengan kegiatan sosial seperti ini,” tambahnya.

Salah satu bagian paling menyentuh dalam prosesi ini adalah ketika para siswa membasuh kaki orang tua mereka sebagai simbol bakti, terima kasih, dan pengakuan atas segala pengorbanan selama ini. Momen sakral ini diiringi dengan pembacaan sajak, yang sebelumnya pertunjukan tari tradisional Sunda, menambah nuansa khidmat dan kultural yang begitu kuat.

Tidak hanya itu, seluruh pendidik dan tenaga kependidikan turut mengenakan pakaian adat Sunda, dan acara dipandu sepenuhnya menggunakan bahasa Sunda sebagai bentuk pelestarian budaya lokal yang kental di lingkungan sekolah.

Kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan bagi siswa terbaik dan siswa terpuji. Setelah prosesi pelepasan almamater, seluruh siswa mengikuti mushafahah (bersalaman) dengan seluruh jajaran SMPN 1 Bayongbong, disusul dengan sesi serupa bersama para orang tua.

Acara juga turut dimeriahkan dengan pemutaran video kenangan siswa, yang menyuguhkan potongan perjalanan mereka selama tiga tahun di sekolah. Video ini menjadi bagian yang mengaduk emosi dan menegaskan bahwa perjalanan pendidikan mereka bukan hanya soal nilai, tetapi juga tentang cinta, perjuangan, dan kebersamaan.

Prosesi Purna Siswa ini bukan hanya seremoni pelepasan, tetapi menjadi ruang untuk menanamkan nilai luhur dalam kehidupan: menghormati orang tua, mengabdi kepada masyarakat, serta melangkah ke masa depan dengan ilmu dan doa.

Dengan tema “Seja Mulangtarima Tetep Ngalengkah Jembar Ku Pangdu’a,” SMPN 1 Bayongbong menegaskan komitmennya dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak dan berbudaya. ***Jajang Sukmana